Minggu, 23 Februari 2020

21 Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno Lengkap Beserta Sejarah



Peninggalan kerajaan Mataram Kuno – Selamat datang di portal hidupsimpel, belajar tanpa ribet dan simpel. Ya, kali ini kita akan membahas tentang peninggalan kerajaan Mataram Kuno beserta sejarahnya. Tak nanggung-nanggung, di sini kita akan membahas 21 peninggalan kerajaan Mataram Kuno.
Baiklah, tanpa basa basi berikut ini adalah informasinya tentang peninggalan kerajaan mataram kuno

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan hindu budha di Indonesia yang didirikan tepatnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain disebut sebagai kerajaan Mataram kuno, orang-orang menyebutnya kerajaan medang. Selama berdirinya kerajaan ini, ada 3 dinasti yang memegang kekuasaanya yaitu dinasti Sanjaya, Syailendra, dan Isana.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra adalah dinasti yang paling banyak menyumbangkan berbagai peninggalan kerajaan Mataram Kuno seperti prasasti dan candi. Kita akan membagi peninggalan kerajaan mataram kuno tersebut menjadi 2, yaitu candi dan prasasti, berikut penjelasannya

Candi Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

1. Candi Sewu

peninggalan kerajaan mataram kuno
 
wikipedia.org
Candi sewu sendiri merupakan candi terbesar kedua di Jawa tengah setelah candi Borobudur yang bercorak budha yang mana kerajaan Mataram kuno membangunnya sekitar di abad 8 Masehi. Lokasinya berada di  desa Bugisan, kecamatan Prambanan, kabupaten klaten, Jawa tengah.
Ternyata candi ini letaknya sangat dekat dengan candi Prambanan yang jarak kedua candi tersebut hanya sekitar 800 Meter.
Selain itu candi Sewu lebih tua dari dua candi yang ada di jawa tengah (Candi Borobudur dan candi Prambanan). Hal yang unik dari candi Sewu adalah, namanya tidak sesuai dengan jumlah candi sebenarnya, yang manaJumlah asli candinya hanya sekitar 249 saja.
Bayangkan namanya sewu kalau diartikan ke bahasa Indonesia adalah seribu. Usut punya usut ternyata candi ini berasal dari cerita legenda Roro Jonggrang.
2. Candi Arjuna

candi arjuna peninggalan kerajaan mataram kuno
pegipegi.com
Berbeda dengan candi Sewu yang bercorak budha, candi Arjuna sendiri adalah candi yang bercorak Hindu. Candi Arjuna dibangun pada abad 9 Masehi dan Letaknya candi ini berada di Dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia.
Selain candi Arjuna di daerah tersebut juga ada candi lainnya seperti Candi semar, Srikandi, Puntadewa, dan candi Sembadra. Kalau dilihat dari namanya tersebut berarti masyarakat menamakannya dengan nama tokoh yang ada di pewayangan.
3. Candi Bima

candi bima peninggalan kerajaan mataram kuno
 
kemdikbud.go.id
Candi bima ini juga terletak di daerah Dataran Tinggi Dieng tepatnya di Banjarnegara, Jawa Tengah. Dibangun pada abad sekitar 7 sampai abad ke 13 Masehi. Candi ini bercorak Hindu, makanya desainnya pada umumnya terdapat kesamaan dengan candi yang ada di negara India.
Karakteristik dari candi Bima adalah atapnya hampir sama dengan shikara dan bermodelkan mangkok yang di telungkupkan. dan di di bagian atas terdapat arca Kudu.
Pada zaman dahulu candi ini digunakan untuk upacara Pradaksina.
4. Candi Borobudur

candi borobudur peninggalan kerajaan mataram kuno
anton-nb.com
Inilah candi Terbesar dan terkenal di dunia yang termasuk dari 7 keajaiban dunia versi UNESCO. Candi ini adalah candi yang bercorak budha yang letaknya ada di kota Magelang, Jawa tengah.
Pembuatannya sendiri dilakukan di masa dinasti Syailendra oleh pemeluk Budha sekitar tahun 800-an atau abad 8 Masehi.
Asal mula Borobudur sendiri baru dinamai ketika Sir Thomas Raflles menyebutnya di salah satu karya bukunya yang berjudul “Sejarah Pulau Jawa”. Dalam bukunya tersebut Sir Thomas Raffles menamai Borobudur karena mengacu pada tempat lokasi terdekat dengannya, yaitu desa Bore dan Budur dari kata Bhudhara yang berarti gunung.
Candi Borobudur letaknya juga berdekatan dengan candi terkenal lainnya yaitu candi Mendut dan Candi Pawon.
5. Candi Mendut

candi mendut peninggalan kerajaan mataram kuno
candi1001.blogspot.com
Selain candi Borobudur, Candi mendut juga termasuk candi yang bercorak Budha. Letaknya sama dengan candi Borobudur yaitu daerah Magelang, Jawa Tengah. Candi Mendut tersebut dibuat pada tahun 800-an Masehi ketika dinasti Syailendra berkuasa tepatnya dibawah kekuasaannya Raja Indra.
Di sekitar dindingnya terdapat banyak sekali jenis relief diantaranya adalah Brahmana, Hewan Angsa dan Kura-kura, Dharmabuddhi dan Dustabuddhi, dan 2 burung betet.
6. Candi Pawon

 peninggalan kerajaan mataram kuno candi pawon
wikipedia.org
Candi lainnya yang juga letaknya berdekatan dengan candi Borobudur dan Candi Mendut adalah candi Pawon. Sayangnya sejarah akan candi Pawon ini masih simpang siur dan tidak jelas. Menurut beberapa para peneliti kata Pawon sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti dapur atau juga bisa tempat perabuan.
Selain itu juga di dalamnya candi tersebut tidak ada arca, kemungkinan bertambah sulit lagi untuk menelitinya.
7. Candi Puntadewa

candi puntadewa peninggalan kerajaan mataram kuno
flickr.com
Candi ini satu daerah dengan candi Arjuna dan candi lainnya yang dinamakan di pewayangan. Pada zaman dahulu candi ini digunakan untuk tempat pemujaan dewa Siwa, tak salah jika coraknya berasal dari India.
Dalam sejarahnya candi ini juga tidak jelas asal-usulnya, namun berdasarkan penelitian candi ini sudah berusia lebih dari 1000 tahun. Sebenarnya candi ini tidak terlalu besar amat, hanya saja dia lebih menjulang ke atas.
8. Candi Semar

gambar candi semar peninggalan kerajaan mataram kuno
wikipedia.org
Candi ini juga berada dalam satu kawasan dengan candi nama pewayangan lainnya seperti candi Arjuna tepatnya di Dataran Tinggi Dieng. Candi ini termasuk juga candi Hindu Syiwa yang dibuat oleh kerajaan Mataram kuno.  Menariknya adalah candi ini berhadapan langsung dengan candi Arjuna.
Keunikan lainnya adalah candi ini yang paling pendek dan kecil, ukuran candinya saja 3,5 m dan 7 m dengan atap yang berbentuk limas. Kegunaan dari candi ini adalah sebagai tempat penyimpanan peralatan senjata dan pemujaan.

Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

1. Prasasti Sojomerto

gambar prasasti sojomerto peninggalan kerajaan mataram kuno
batangkab.go.id
Prasasti ini merupakan peninggalan dari dinasti Syailendra yang berada di kota Batang, Jawa Tengah. Di prasasti sojomerto sendiri terdapat tulisan yang menggunakan bahasa Melayu kuno dengan aksara bahasa Kawi.
Prasasti ini berdasarkan penelitian dibuat pada akhir abad 7 atau awal dari abad ke 8.
Prasasti Sojomerto dibuat pada saat kerajaan Mataram kuno masih beragama Hindu Siwa. Di dalam prasasti tersebut terdapat nama-nama keluarga dari raja-raja dinasti Syailendra terkhusus raja Dapunta Selendra yang memiliki ayah dan ibu bernama Santanu dan Sampula.
2. Prasasti Kalasan

gambar prasasti kalasan peninggalan kerajaan mataram kuno
epigraphyscorner.blogspot.com
Prasasti kalasan merupakan prasasti peninggalan dari dinasti Sanjaya Kerajaan Mataram Kuno yang dibuat pada tahun 778 Masehi. Prasasti ini terdapat di daerah Sleman Jogjakarta. di Prasasti tersebut isinya menggunakan bahasa Sanskerta dengan aksara Pranagari (huruf yang berasal dari India Utara)
Di dalam prasasti Kalasan berisi tentang keberhasilan Guru Sang Raja dalam merayu Kariyana Panangkara atas permintaan keluarga dinasti Syailendra supaya bersedia mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara. Selain itu isinya juga terdapat tentang pemberian hadiah desa Kalasan sebagai tempat biara bagi para biarawan sebagai tempat suci bagi mereka (Candi Kalasan).
3. Prasasti Kelurak

gambar prasasti kelurak peninggalan kerajaan mataram kuno
wikipedia.com
Prasasti ini dibuat pada tahun 782 Masehi dan terdapat di daerah dekat Candi Lumbung, Prambanan, Jawa Tengah. Prasasti tersebut isinya ditulid dengan menggunakan Bahasa Sanksekerta dengan aksara Pranagari.
Di dalam prasasti itu terdapat informasi tentang dibuatkannya candi Sewu atas perintah raja Indra yang mana raja Indra adalah raja yang berkuasa pada saat itu.
4. Prasasti Ratu Boko

prasasti ratu boko peninggalan kerajaan mataram kuno
anangpaser.wordpress.com
Merupakan prasasti yang ditemukan di daerah Baka, yang mana isinya adalah peperangan saudara antara Balaputra Dewa dengan Rakai Pikatan yang mana Balaputra Dewa kalah dalam peperangan tersebut. Berdasarkan penelitian, prasasti ini dibuat pada tahun 856 Masehi

5. Prasasti Nalanda

gambar prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno
epigraphyscorner.blogspot.com
Prasasti milik Kerajaan Mataram kuno yang mana berisi tentang Balaputra Dewa dan asal-usulnya yang mana dia adalah cucu Raja Indra dan merupakan putra dari Raja Samarottungga. Berdasarkan penelitian, prasasti ini dibuat pada tahun 860 Masehi
6.Prasasti Canggal

 peninggalan kerajaan mataram kuno
x1patulabsky.blogspot.com
Prasasti Canggal adalah prasasti peninggalan dari dinasti Terakhir mataram yaitu Sanjaya yang berisi tentang pembuatan lingga di desa Kunjarakunja. prasasti ini dibuat pada tahun 732 Masehi ini tulisannya menggunakan bahasa Sanskerta dan menggunakan huruf Pallawa.
7. Prasasti Mantyasih

prasasti mantyasih peninggalan kerajaan mataram kuno
tarabuwana.blogspot.com
Prasasti ini berasal dari dinasti Sanjaya yang didapatkan di daerah Matesh, Magelang utara, Jawa Tengah. Prasasti ini digunakan sebagai bukti sah raja Balitung sebagai Raja.
Selain itu isi dari prasasti ini adalah penetapan bebas pajak bagi daerah-daerah tertentu. Dan terakhir dijelaskan tentang adanya keberadaan gunung Sumbing dan Sindoro.
8. Prasasti Wanua Tengah III

prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno
photobucket.com
Prasasti yang terakhir dari peninggalan kerajaan Mataram Kuno adalah prasasti Wanua Tengah. Prasasti ini dibuat pada tahun 908 Masehi tepatnya di daerah Gandulan, Kaloran.  Dalam isi prasasti kerajaan mataram kuno tersebut disebutkan semua nama-nama raja raja mataram kuno sehingga keberadaannya sangat penting bagi penelitian selanjutnya.

Nama Raja raja kerajaan Mataram Kuno

Berikut adalah daftar lengkap nama raja raja Mataram kuno yang pernah berkuasa
  1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram kuno.
  2. Rakai Panangkaran.
  3. Rakai Panunggalan.
  4. Rakai Warak.
  5. Rakai Garung.
  6. Rakai Pikatan.
  7. Rakai Kayuwangi.
  8. Rakai Watuhumalang.
  9. Rakai Watukura Dyah Balitung.
  10. Mpu Daksa.
  11. Rakai Layang Dyah Tulodong.
  12. Rakai Sumba Dyah Wawa.
  13. Mpu Sindok.
  14. Sri Lokapala.
  15. Makuthawangsawardhana.
  16. Dharmawangsa Teguh
Demikianlah beberapa informasi tentang peninggalan kerajaan Mataram kuno di Indonesia, beserta sejarah kerajaan mataram kuno, isi prasasti kerajaan mataram kuno dan nama raja raja kerajaan mataram kuno semoga bisa membantu, terima kasih.

Kerajaan Mataram Kuno


Tahukah anda tentang Kerajaan Mataram Kuno ??? Jika anda belum mengetahuinya anda tepat sekali mengunjungi gurupendidikan.com. Karena pada kesempatan kali ini akan membahas tentang sejarah Kerajaan Mataram Kuno, raja-raja Kerajaan Mataram Kuno, peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, dan kehidupan politik Kerajaan Mataram Kuno secara lengkap. Oleh karena itu marilah simak ulasan yang ada dibawah berikut ini.

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.
Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.

Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.
Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu. Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani. Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja disana.
Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan. Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur. Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.
Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.
  • Letak dan Wilayah Dimanakah letak kerajaan mataram kuno?

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.

Silsilah Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno

Daftar raja-raja Medang menutur teori Slamet Muljana adalah sebagai berikut:
  1. Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)
  2. Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
  3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra
  4. Rakai Warak alias Samaragrawira
  5. Rakai Garung alias Samaratungga
  6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
  7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
  8. Rakai Watuhumalang
  9. Rakai Watukura Dyah Balitung
  10. Mpu Daksa
  11. Rakai Layang Dyah Tulodong
  12. Rakai Sumba Dyah Wawa
  13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
  14. Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
  15. Makuthawangsawardhana
  16. Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)
Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja sesudahnya memakai gelar Sri Maharaja.

  • Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaiut berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui samapi sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:
  1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
  2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
  3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
  4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Dari hasil budaya dan peninggalanya kerajaan ini meningalkan berbagai prasasti dan hasil budaya yang sampai sekarang masih ada :
  • Prasasti-Prasasti Kerajaan Mataram Kuno

Sebagai salahsatu kerajaan terbesar di Indonesia, mataram banyak sekali meninggalkan benda-benda bersejarah, termasuk juga prasasti. Dan berikut diantaranya:
  • Prasasti Canggal
Prasasti Canggal (juga disebut Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya) adalah prasasti berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini dipandang sebagai pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732 sebagai seorang penguasa universal dari
Kerajaan Mataram Kuno.
  • Prasasti Kelurak
Prasasti Kelurak berangka tahun 782 M dan ditemukan di dekat Candi Lumbung, Desa Kelurak, di sebelah utara Kompleks Percandian Prambanan, Jawa Tengah. Keadaan prasasti Kelurak sudah sangat aus, sehingga isi keseluruhannya kurang diketahui. Secara garis besar, isinya tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya. Menurut para ahli, yang dimaksud dengan bangunan tersebut adalah Candi Sewu, yang terletak di Kompleks Percandian Prambanan.
  • Prasasti Mantyasih
Prasasti ini ditemukan di kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah dan memuat daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung. Prasasti ini dibuat sebagai upaya melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta yang sah, sehingga menyebutkan raja-raja sebelumnya yang berdaulat penuh atas wilayah kerajaan Mataram Kuno. Dalam prasasti ini juga disebutkan bahwa desa Mantyasih yang ditetapkan Balitung sebagai desa perdikan (daerah bebas pajak). Di kampung Meteseh saat ini masih terdapat sebuah lumpang batu, yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan.
Selain itu disebutkan pula tentang keberadaan Gunung Susundara dan Wukir Sumbing (sekarang Gunung Sindoro dan Sumbing). Kata “Mantyasih” sendiri dapat diartikan “beriman dalam cinta kasih”.
  • Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto merupakan peninggalan Wangsa Sailendra yang ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna. Prasasti ini tidak menyebutkan angka tahun, berdasarkan taksiran analisis paleografi diperkirakan berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 masehi. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
  • Prasasti Tri Tepusan
Prasasti Tri Tepusan menyebutkan bahwa Sri Kahulunnan pada tahun 842 M menganugerahkan tanahnya di desa Tri Tepusan untuk pembuatan dan pemeliharaan tempat suci Kamulan I Bhumisambhara (kemungkinan besar nama dari candi Borobudur sekarang). Duplikat dari prasasti ini tersimpan di dalam museum candi Borobudur.
  • Prasasti Wanua Tengah III
Prasasti ini ditemukan November 1983. Prasasti ini di sebuah ladang di Dukuh Kedunglo, Desa Gandulan, Kaloran, sekitar 4 km arah timur laut Kota Temanggung. Di dalam prasasti ini dicantumkan daftar lengkap dari raja-raja yang memerintah bumi Mataram pada masa sebelum pemerintahan raja Rake Watukara Dyah Balitung. Prasasti ini dianggap penting karena menyebutkan 12 nama raja Mataram, sehingga melengkapi penyebutan dalam Prasasti Mantyasih (atau nama lainnya Prasasti Tembaga Kedu) yang hanya menyebut 9 nama raja saja.
  • Prasasti Rukam
Prasasti ini berangka tahun 829 Saka atau 907 Masehi, ditemukan pada 1975 di desa Petarongan, kecamatan Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti ini terdiri atas dua lempeng tembaga yang berbentuk persegi panjang. Lempeng pertama berisi 28 baris dan lempeng kedua berisi 23 baris. Aksara dan bahasa yang digunakan adalah Jawa Kuna.
Isi prasasti adalah mengenai peresmian desa Rukam oleh Nini Haji Rakryan Sanjiwana karena desa tersebut telah dilanda bencana letusan gunung api. Kemudian penduduk desa Rukam diberi kewajiban untuk memelihara bangunan suci yang ada di Limwung. Mungkin bangunan suci tersebut adalah Candi Sajiwan, sebagaimana kata Sanjiwana tadi. Candi Sajiwan yang sering dilafalkan Sojiwan terletak tidak jauh dari Candi Prambanan.
  • Prasasti Plumpungan
Prasasti ini ditemukan di Dukuh Plumpungan dan berangka tahun 750 Masehi. Prasasti ini dipercaya sebagai asal mula kota Salatiga. Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra.
Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini.
  • Prasasti Siwargrha
Dalam prasasti ini tertulis chandrasengkala ”Wwalung gunung sang wiku” yang bermakna angka tahun 778 Saka (856 Masehi). Prasasti ini dikeluarkan oleh Dyah Lokapala (Rakai Kayuwangi) segera setelah berakhirnya pemerintahan Rakai Pikatan. Prasasti ini menyebutkan deskripsi kelompok candi agung yang
dipersembahkan untuk dewa Siwa disebut Shivagrha (Sanskerta: rumah Siwa) yang cirinya sangat cocok dengan kelompok candi Prambanan.
  • Prasasti Gondosuli
Prasasti ini ditemukan di reruntuhan Candi Gondosuli, di Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah. Yang mengeluarkan adalah anak raja (pangeran) bernama Rakai Rakarayan Patapan Pu Palar, yang juga adik ipar raja Mataram, Rakai Garung.
Prasasti Gandasuli terdiri dari dua keping, disebut Gandasuli I (Dang pu Hwang Glis) dan Gandasuli II (Sanghyang Wintang). Ia ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuna dengan aksara Kawi(Jawa Kuna), berangka tahun 792M. Teks prasasti Gandasuli II terdiri dari lima baris dan berisi tentang filsafat dan ungkapan kemerdekaan serta kejayaan Syailendra.
  • Prasasti Kayumwungan/Karang Tengah
Prasasti Kayumwungan adalah sebuah prasasti pada lima buah penggalan batu yang ditemukan di Dusun Karangtengah, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, sehingga lebih dikenal juga dengan nama prasasti Karangtengah. Isi tulisan pada bagian berbahasa Sanskerta adalah tentang seorang raja
bernama Samaratungga. Anaknya bernama Pramodawardhani mendirikan bangunan suci Jinalaya serta bangunan bernama Wenuwana (Sansekerta: Venuvana, yang berarti “hutan bambu”) untuk menempatkan abu jenazah ‘raja mega’, sebutan untuk Dewa Indra. Mungkin yang dimaksud adalah raja Indra atauDharanindra dari keluarga Sailendra.
  • Prasasti Sankhara
Prasasti Raja Sankhara adalah prasasti yang berasal dari abad ke-8 masehi yang ditemukan di Sragen, Jawa Tengah. Prasasti ini kini hilang tidak diketahui di mana keberadaannya. Prasasti ini pernah disimpan oleh museum pribadi, Museum Adam Malik, namun diduga ketika museum ini
ditutup dan bangkrut pada tahun 2005 atau 2006, koleksi-koleksi museum ini dijual begitu saja. Dalam prasasti itu disebutkan seorang tokoh bernama Raja Sankhara berpindah agama karena agama Siwa yang dianut adalah agama yang ditakuti banyak orang. Raja Sankhara pindah agama ke Buddha karena di situ disebutkan sebagai agama yang welas asih. Sebelumnya disebutkan ayah Raja Sankhara, wafat karena sakit selama 8 hari.
Karena itulah Sankhara karena takut akan ‘Sang Guru’ yang tidak benar, kemudian meninggalkan agama Siwa, menjadi pemeluk agama Buddha Mahayana, dan memindahkan pusat kerajaannya ke arah timur. Di dalam buku Sejarah Nasional Indonesia disebutkan bahwa raja Sankhara disamakan dengan Rakai Panangkaran, sedangkan ayah Raja Sankhara yang dalam prasasti ini tidak disebutkan namanya, disamakan dengan raja Sanjaya.
  • Prasasti Ngadoman
Prasasti Ngadoman ditemukan di desa Ngadoman, dekat Salatiga, Jawa Tengah. Prasasti ini penting karena kemungkinan besar merupakan perantara antara aksara Kawi dengan aksara Buda.
  • Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan adalah prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno yang berangka tahun 700 Saka atau 778M. Prasasti yang ditemukan di kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta, ini ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sanskerta.
Prasasti ini menyebutkan, bahwa Guru Sang Raja berhasil membujuk Maharaja Tejahpura Panangkarana (Kariyana Panangkara) yang merupakan mustika keluarga Sailendra (Sailendra Wamsatilaka) atas permintaan keluarga Syailendra, untuk membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara bagi para pendeta, serta penghadiahan desa Kalasan untuk para sanggha (umat Buddha). Bangunan suci yang dimaksud adalah Candi Kalasan.

Kehidupan pada Masa Kerajaan Mataram Kuno

Dinasti Sanjaya

  • Kehidupan Politik
Berdasarkan prasasti Metyasih, Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9) telah memberikan hadiah tanah kepada 5 orang patihnya yang berjasa besar kepada Mataram. Dalam prasasti Metyasih juga disebutkan raja- raja yang memerintah pada masa Dinasti Sanjaya. Raja-raja itu adalah
  • Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.
  • Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan potensi wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang didalamnya tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.
  • Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus waktu. Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru tersebut adalah
  1. Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
  2. Guru Swadaya, Tuhan
  3. Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
  4. Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama

  • Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang dengan pesat.
  • Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja siang hingga malam.
  • Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul mundur dan melarikan diri ke Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.
  • Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.
  • Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah Tri Parama Arta
  • Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan masyarakatnya.
  • Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.
  • Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun 809 M. Pada masa pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana.
  • Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat terkenal dalam kancah politik internasional.
  • Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti. Namun, melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Syailendra sudah teratur. Hal ini dilihat melalui cara pembuatan candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan candi ini menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya. Dengan adanya dua agama yang berjalan, sikap toleransi antar pemeluk agama di masyarakat sangat baik.
  • Kehidupan Ekonomi

Mata pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan pengrajin. Dinasti Syailendra telah menetapkan pajak bagi masyarakat Mataram. Hal ini terbukti dari prasasti Karang tengah yang menyebutkan bahwa Rakryan Patatpa Pu Palar mendirikan bangunan suci dan memberikan tanah perdikan sebagai simbol masyarakat yang patuh membayar pajak.
  • Kehidupan Agama

Berdasarkan prasasti Canggal yang menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Siwa), dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Mataram Kuno Wangsa Sanjaya memiliki kepercayaan agama Hindu beraliran Siwa.

Dinasti Syailendra

  • Kehidupan Politik
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah Dinasti Syailendra, di antaranya:
  • Bhanu ( 752- 775 M )
Raja banu merupakan raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra.
  • Wisnu ( 775- 782 M)
Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di banugun tempatnya 778.
  • Indra ( 782 -812 M )
Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Prasasti Klurak yang berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan. Dinasti Syailendra menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indra. Perluasan wilayah ini ditujukan untuk menguasai daerah-daerah di sekitar Selat Malaka. Selanjutnya, yang memperkokoh pengaruh kekuasaan Syailendra terhadap Sriwijaya adalah karena Raja Indra menjalankan perkawinan politik. Raja Indra mengawinkan putranya yang bernama Samarottungga dengan putri Raja Sriwijaya.
  • Samaratungga ( 812 – 833 M )
Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga. Raja Samaratungga berperan menjadi pengatur segala dimensi kehidupan rakyatnya. Sebagai raja Mataram Budha, Samaratungga sangat menghayati nilai agama dan budaya. Pada zaman kekuasaannya dibangun Candi Borobudur. Namun sebelum pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga meninggal dan digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa yang merupakan anak dari selir.
  • Pramodhawardhani ( 883 – 856 M )
Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yang dikenal cerdas dan cantik. Beliau bergelar Sri Kaluhunan, yang artinya seorang sekar keratin yang menjadi tumpuan harapan bagi rakyat. Pramodhawardhani kelak menjdi permaisuri raja Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya.
  • Balaputera Dewa ( 883 – 850 M )
Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibunya yang bernama Dewi Tara, Puteri raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang menjadi suami Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta tersebut karena beliau merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan tidak setuju terhadap tahta yang diberikan Rakai Pikatan yang keturunan Sanjaya. Dalam peperangan saudara tersebut Balaputera Dewa mengalami kekalahan dan melatrikan diri ke Palembang.

Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balitung (898-910 M). Di masa kekuasaannya, daerah-daerah di sebelah timur Mataram berhasil ditaklukkannya. Oleh karena itu, daerah kekuasaan Mataram semakin luas, yang meliputi Bagelen (Jawa Tengah) sampai Malang (Jawa Timur).
Penyebab kejayaan kerajaan Mataram Kuno:
  • Naik tahtanya Sanjaya yang sangat ahli dalam peperangan
  • Pembangunan sebuah waduk Hujung Galuh di Waringin Sapta (Waringin Pitu) guna mengatur aliran Sungai Berangas, sehingga banyak kapal dagang dari Benggala, Sri Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lain-lain datang ke pelabuhan itu.
  • Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari oleh:
    • Adanya sungai-sungai besar, antara lain Sungai Brantas dan Bengawan Solo yang sangat memudahkan bagi lalu lintas perdagangan.
    • Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan penanaman padi secara besar-besaran.
    • Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama waktu itu, yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.

Masa Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno

Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.
Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan . Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan948 M.
Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

Kerajaan mataram kuno merupakan kerajaan yang berdiri pada tahun 732 masehi.Kerajaan ini berdiri di desa Canggal (sebelah barat Magelang). Pada saat itu didirikansebuah Lingga (lambang siwa) diatas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja yangdidirikan oleh Raja Sanjaya. Adapun raja-raja yang sempat memerintah kerajaan Mataram Kuno antara lain:
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898 M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M)
Ada beberapa aspek kehidupan yang mengalami perkembangan dalam kerajaan Mataram Kuno, antara lain:
1. Aspek Kehidupan Politik
2. Aspek Kehidupan Sosial
3. Aspek Kehidupan Ekonomi
4. Aspek Kehidupan Budaya Hindu-Buddha.
Saran
Kita sebagai generasi muda harus mengetahui tentang sejarah Kerajaan- Kerajaan di Indonesia. Agar kita lebih menghargai budaya-budaya kita di Indonesia yang sangat banyak. Menjaga peninggalan-peninggalan pada masa sebelum reformasi. Agar kedepannya kita masih bisa berbagi dan melihat peninggalan serta kebudayaan kita nanti.
Baca juga refrensi artikel terkait lainnya disini :

18 Kerajaan Hindu Budha Di Indonesia Beserta Rajanya [Terlengkap]

kerajaan hindu-budha di indonesia

Kerajaan Hindu Budha di Indonesiatidak bisa lepas dari agama yang ada di Nusantara sebelum datangnya agama Islam. Lebih tepatnya lagi percampuran agama Hindu-Budha yang ada di Indonesia dengan yang ada di India. Sehingga banyak melahirkan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha mulai dari yang kecil hingga kerajaan paling besar.
Kerajaan-kerajaan ini tersebar di berbagai wilayah Nusantara yang belum menjadi Negara Indonesia. Namun keberadaanya kini hanya tinggal sisa-sisa reruntuhannya saja.
Pada kali ini saya akan berbagi tentang kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha yang pernah berdiri di Indonesia. Semoga dapat menambah pengetahuan kalian.

1. Kerajaan Pajajaran (Sunda Galuh)

kerajaan hindu budha pajajaran
wajibbelajar.com
Kerajaan Pajajaran juga sering dikatakan dengan Kerajaan Sunda Galuh. adalah kerjaan yang bercorak Hindu-Budha yang berdiri sekitar tahun 669 Masehi. Kerajaan Pajajaran terbentuk karena adanya perpecahan dari Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan ini juga berdiri atas penyatuan 2 kerajaan besar di tanah Sunda yaitu, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Kerajaan Sunda mempunyai ibukota di kota Bogor, sedangkan untuk ibukota Kerajaan Galuh berada di Ciamis, Kedua kerajaan ini sering disatukan menjadi Kerajaan Sunda Galuh, yang lebih dikenal dengan Kerajaan Pajajaran, walapun pada sejarahnya tidak bisa bersatu secara resmi.
Nama-Nama Raja Kerajaan Sunda
  1. Maharaja Tarusbawa.
  2. Sanjaya Harisdarma.
  3. Tamperan Barmawijaya.
  4. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang.
  5. Rakeyan Banga.
  6. Pucukbumi Darmeswara.
  7. Prabu Gilingwesi.
  8. Prabu Darmaraksa.
  9. Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus.
  10. Rakeyan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi.
  11. Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa.
  12. Windusakti Prabu Dewageng.
Nama-Nama Raja Kerajaan Galuh
  1. Wretikandayun.
  2. Rahyang Purbasora.
  3. Rahyang Bratasenawa.
  4. Rahyang Mandiminyak.
  5. Manarah.
  6. Sanjaya Harisdarma.
  7. Guruminda Sang Minisri.
  8. Adimulya Premana Dikusuma.
  9. Sang Walengan.
  10. Prabhu Kretayasa Dewakusalesywara Sang Triwulan.
  11. Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus.
  12. Tamperan Barmawijaya.
  13. Prabu Linggabumi.
Nama-Nama Raja Kerajaan Sunda Galuh
  1. Darmaraja.
  2. Darmakusuma.
  3. Rakeyan Jayagiri Prabu MĂ©nakluhur.
  4. Langlangbumi.
  5. Prabu Ajiguna Linggawisesa.
  6. Citraganda.
  7. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu.
  8. Prabu Bunisora.
  9. Prabu Maharaja Linggabuanawisesa.
  10. Prabu Ragamulya Luhurprabawa.
  11. Prabu Niskala Wastu Kancana.
  12. Ragasuci.
  13. Prabu Linggadewata.

2. Kerajaan Kalingga (Kerajaan Holing)

kerajaan hindu budha kalingga
romadecade.org
Kerajaan Kalingga didirikan pada tahun 594 Masehi yang terletak di Jawa Tengah. Kerajaan Kalingga adalah kerajaan pertama yang bercorak Budha di kawasan utara Pulau Jawa. Pemrintahan kerajaan ini berpusat di sekitar Pekalongan dan Jepara, lalu kemudian pindah ke Magelang dan Yogyakarta.
Kerajaan Kalingga juga sering dikenal dengan Kerajaan Holing. Kerajaan ini sempat tercpecah menjadi dua yaitu Keling dan Medang. Kerajaan Kalingga mengalami keruntuhan pada tahun 782 Masehi dan diteruskan oleh Rakai Mataram dan Rakai Panangkaran di Medang.
Nama-Nama Raja Kerajaan Kalingga
  1. Prabhu Wasumurti.
  2. Prabhu Wasukawi.
  3. Prabhu Kartikeyasingha.
  4. Prabhu Wasugeni.
  5. Ratu Shima.
  6. Dewi Parwati.
  7. Prabhu Kirathasingha.
  8. Sanjaya.
  9. Dewi Sannaha.
  10. Prabhu Wasudewa.
  11. Rakai Panangkaran.

3. Kerajaan Sriwijaya

kerajaan hindu budha sriwijaya
monitorriau.com
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan bercorak Budha  pertama di Indonesia, kerajaan ini berdiri sekitar pada abad ke-6 Masehi yang terletak di Palembang, Sumatera Selatan. Kerajaan Sriwijaya sempat menjadi kerajaan besar yang berjaya dan menguasai Nusantara.

Kerajaan Sriwijaya banyak memberi pengaruh pada Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan bahari yang memanfaatkan perdagangan maritim lewat jalur perairan.
Kerajaan Sriwijaya mengalami masa keruntuhannya sekitar tahun 1100-an Masehi, disebabkan oleh beberapa peperangan, salah satunya serangan Rajendra Chola I dari Koromandel pada tahun 1025, hingga kemudian pada tahun 1183 kekuasaan kerajaan ini berada dibawah kendali Kerajaan Dharmasarya.  Hingga sekarang banyak peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan.
Nama-Nama Raja Kerajaan Sriwijaya
  1. Dapunta Hyang (Sri Jayanasa).
  2. Sri Maharaja.
  3. Rudra Wikrama.
  4. Samaratungga (Rakai Garung).
  5. Samaragrawira (Rakai Warak).
  6. Sri Indrawarman.
  7. Dharanindra (Rakai Panangkaran).
  8. Sri Mara-Vijayottunggawarman.
  9. Sri Cudamani Warmadewa.
  10. Balaputradewa.
  11. Haji Sumatrabhumi.
  12. Sri Udayaditya Warmadewa.
  13. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa.
  14. Sangrama-Vijayottunggawarman.

4. Kerajaan Kahuripan

kerajaan hindu budha kahuripan
budayajawa.id
Kerajaan Kahuripan merupakan kerajaan bercorak Hindu yang berdiri sekitar abad ke-7 Masehi. Kerajaan Kahuripan terletak di Desa Dinoyo Malang, Jawa Timur. Juga menjadi kerajaan tertua. Berdasarkan prasasti kerajaan ini raja pertamanya adalah Gajayana.
Peninggalan kerajaan ini salah satunya adalah Prasati Dinoyo yang ditulis dengan menggunakan bahasa Sansekerta dan menggunakan aksara Jawa Kuno. Jika ingin melihat artefak peninggalan kerajaan ini kalian bisa datang  ke Malang untuk melihat Candi Wurung dan Candi Badut.

5. Kerajaan Wijayapura

kerajaan hindu budha wijayapura
sportourism.id
Kerajaan Wijayapura merupakan salah satu kerajaan yang berada di Pulau Kalimantan, lebih tepatnya di kawasan Kalimantan Barat. Kerajaan Wijayapura diperkirakan berdiri sekitar abad ke-7 hingga 8 Masehi.
Kerajaan ini juga disebutkan termasuk  salah satu kerajaan bercorak Hindu-Budha. Sejarah juga menyebutkan bahwa Kerajaan Wijayapura yang berdiri sekitar abad ke-7 berada pada kawasan muara sungai Rejang di Kalimantan Barat, kerajaan ini juga dikenal sebagai Kerajaan Samabas Kuno.
Pendapat ini di dasakan keberadaan Kerajaan Wijayapura  yang memilki peninggalan benda arkeologis kuno yang terdiri dari patung, gerabah, dan masih banyak lainnya. Menurut para ahli yang melakukan penelitian, benda ini telah ada pada abad ke-6 dan ke-7 Masehi.

6. Kerajaan Tarumanegara

kerajaan hindu budha tarumanegara
toriolo.com
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan yang bercorak Hindu yang ada sekitar abad ke-5 Masehi, berada di daerah Jawa Barat. Pada saat kejayaannya, wilayah kekuasaanya sudah membentang Jawa Barat, Cirebon, hingga Jakarta.
Raja pertama dan sekaligus pendirinya bernama Purnawarman. Purnawarman digambarkan dalam beberapa sumber sejarah adalah seorang raja yang baik hati dan merakyat, dia selalu perhatian terhadap kemakmuran rakyatnya dan sering memberikan hadiah berupa lembu.
Kerajaan Tarumannegara mengalami keruntuhan sekitar abad ke-7 setelah mengalami serangan dari Kerajaan Sriwijaya.

7. Kerajaan Kediri

kerajaan hindu budha kediri
dosenpendidikan.co.id
Kerajaan Kediri merupakan kerajaan yang mempunyai corak Budha, juga merupakan pecahan dari Kerajaan Airlangga yang terletak di kota Daha (Kediri), Jawa Timur. Kerajaan Kediri berdiri sekitar tahun 1042.
Berdasarkan dari prasasti Mahasubya, kitab Negarakertagama, dan kitab Calon Arang disebutkan bahwa terjadinya peperangan saudara setelah raja utama yaitu Airlangga meninggal.
Kemudian kedua putranya yaitu, Mapanji Garasakan dan Janggala masing-masing mendapatkan wilayah. Namun, Raja Mapanji Garasakanlah yang akhirnya mendirikan Kerajaan Kediri. Istilah kata Kediri beasal dari bahasa Sansekerta yaitu Khadiri yang mempunyai arti pohon mengkudu.
Nama-Nama Raja Kerajaan Kediri
  1. Raja jayabaya.
  2. Raja Kameswara.
  3. Raja Sarweswara.
  4. Raja Kertajaya.

8. Kerajaan Majapahit

kerajaan hindu budha majapahit
detik.in
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terbesar di Indonesia yang berpusat di kawasan Jawa Timur. Kerajaan Majapahit berdiri sekitar tahun 1293 Masehi dan mengalami keruntuhan pada tahun 1500 Masehi. Wilayah kekuasaanya sangat luas, karena wilayah Indonesia sekarang masih kalah dengan luas wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Wilayah yang pernah ditaklukanya diantaranya adalah terbentang di Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingaa sampai Indonesia Timur. Kerajaan Majapahit termasuk kerajaan yang bercorak Hindu-Budha.
Nama-Nama Raja Kerajaan Majapahit
  1. Raden Wijaya.
  2. Hayam Wuruk.
  3. Kalagamet.
  4. Suhita.
  5. Sri Gitarja.
  6. Rajasawardhana.
  7. Kertawijaya.
  8. Purwawisesa.
  9. Patih Udara.
  10. Bhre Kertabumi.
  11. Bhre Pandansalas.
  12. Girindrawardhana.

9. Kerajaan Singosari

kerajaan hindu budha singosari
nativeindonesia.com
Kerajaan Singosari juga merupakan kerajaan yang mempunyai corak Hindu yang terletak di daerah Jawa Timur, lebih tepatnya adalah Malang. Kerajaan Singosari di dirikan oleh raja yang terkenal bernama Ken Arok sekitar abad ke-10 atau sekitar tahun 1222 Masehi.
Nama-Nama Raja Kerajaan Singosari
  1. Ken Arok.
  2. Tohjaya.
  3. Ranggawuni Wisnuwardhana.
  4. Anusapati.
  5. Kertanegara.

10. Kerajaan Bali

kerajaan hndu budha bali
makalahirfan.blogspot.com
Kerajaan Bali merupakan kerajaan yang bercorak Hindu yang berada di Pulau Bali, berdiri sejak tahun 914 Masehi. Terdapat beberapa dinasti yang pernah memerintah selama berdirinya kerajaan tersebut.
Nama-Nama Raja Kerajaan Bali
  1. Sri Kesari Warmadewi.
  2. Jayasingha Warmadewa.
  3. Ratu Sri Ugrasena.
  4. Sri Wijaya Mahadewi.
  5. Tabanendra Warmadewa.
  6. Anak Wungsu.
  7. Jaya sakti.
  8. Dharma Udayana Warmadewa.
  9. Bedahulu.
  10. Maraka.
  11. Jayashadu Warmaewa.

11. Kerajaan Mataram Kuno

kerajaan hindu budha mataram kuno
smsgrosir.co.id
Kerajaan Mataram Kuno atau sering juga disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan bercorak Budha yang berdiri pada abad ke-8 Masehi, terletak di daerah Jawa Tengah. Selama masa berdirinya, kerajaan ini terdapat beberapa dinasti yang pernah berkuasa yaitu, Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan Dinasti Isana.
Kerajaan Mataram Kuno sebenarnya terbagi menjadi dua yaitu, di kawasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Asalnya Kerajaan ini berada di Jawa Tengah, lalu Mpu Sendok memindahkan ibukota yang semula berada di Jawa Tengah ke Jawa Timur.
“Setelah berpindah ibukota muncul dinasti baru yang bernama Dinasti Isana”.
Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan yang tertutup baik secara politik maupun ekonomi, sehingga sulit untuk berkembang. Tetapi ada masa kemajuaannya pada kerajaan ini diantaranya adalah masyarakat perdesan dibebaskan dari pajak dan hubungan lalu linytas sungai lancar.
Nama-Nama Raja Kerajaan Mataram Kuno
  1. Sanjaya.
  2. Rakai Garung.
  3. Rakai Panangkaran.
  4. Rakai Pikatan.
  5. Rakai Panunggalan.
  6. Rakai Warak.
  7. Rakai Watukura Dyah Balitung.
  8. Rakai Watuhumalang.
  9. Rakai Kayuwangi.
  10. Rakai Sumba Dyah Wawa.
  11. Dharmawangsa Teguh.
  12. Sri Lokapala.
  13. Makuthawangsawardhana.
  14. Mpu Sindok.
  15. Rakai Layang Dyah Tulodong.
  16. Mpu Daksa.

12. Kerajaan Tulangbawang

kerajaan hindu budha tulangbawang
merahputih.com
Keberadaan Kerajaan Tulangbawang sebenarnya masih simpang siur dan tidak ada keterangan dan bukti-bukti yang jelas dari beberapa literatur. Namun berdasarkan sumber dari China yaitu I-tsing menyatakan bahwa adanya tentang kerajaan ini sekitar pada abad ke-7 Masehi. Kerajaan Tulangbawang terletak di daerah Lampung, berdasarkan tulisan dari prasasti Palas Pasemah.
Nama-Nama Kerajaan Tulangbawang
  1. Dapunta Hyang (Pendiri kerajaan).
  2. Sanggrama Wijayatunggawarman.
  3. Balaputradewa.

13. Kerajaan Melayu

kerajaan hindu budha melayu
kerinciinspirasi.blogspot.com
Kerajaan Melayu merupakan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dan menjadi kerajaan tertua di Nusantara, khususnya di kawasan Sumatera.  Kerajaan ini sebelumnya pernah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya, namun akhirnya merdeka lagi.
Beberapa bukti tentang keberadaan kerajaan ini adalah tercantum dalam kitab Negarakertagama dan Paraton yang isinya tentang jalinan persahabatan santara Kerajaan Singosari dan Kerajaan Melayu,
Nama-Nama Raja Kerajaan Melayu
  1. Adityawarman.

14. Kerajaan Sri Bangun

kerajaan hindu budha sri bangun
situsbudaya.id
Kerajaan Sri Bangun masih belum diketahui tentang awal berdirinya, namun Kerajaan ini terletak di daerah Bangun, Kalimantan Timur. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Budha. Kerajaan ini adalah penerus dari Kerajaan Martadipura.
“Perbedaan dengan Kerjaan Martadipura yang bercorak Hindu”.
Nama-Nama Raja Kerajaan Sri Bangun
  1. Raja Qeva.

15. Kerajaan Dharmasraya

kerajaan hindu budha damasraya
qureta.com
Kerajaan Dharmasraya adalah kerajaan bercorak Budha yang berdiri sekitar tahun 1183 Masehi, terletak di Sumatera, Indonesia. Lebih tepatnya Kerajaan ini terletak di hulu Sungai batanghari. Kerajaan ini muncul seiring dengan melemahnya Kerajaan Sriwijaya karena serangan Rajendra Chola I dan Koromandel pada tahun 1025 Masehi.
Kerajaan Dharmasraya mengalami keruntuhan pada tahun 1347 Masehi, setelah dikuasai oleh Adityawarman, lalu kerajaan ini berubah menjadi Kerajaan Malayapura.
Nama-Nama Raja Kerajaan Dharmasraya
  1. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa.
  2. Srimat Sri Akarendrawarman.
  3. Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa.
  4. Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa.

16. Kerajaan Kutai

kerajaan hindu budha kutai
kumparan.com
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan yang bercorak Hindu di Indonesia  yang berada di Lembah Sungai Mahakam, lebih tepatnya Kalimantan Barat dan didirikan pada abad ke-5 Masehi.
Sumber sejarah dari kerajaan Kutai diketahui setelah ditemukannya sebuah prasasti di daerah Kutai, sebab ini masyarakat menyebut Kerajaan Kutai berdasarkan daerah tersebut.
Prasasti tersebut berupa yupa, berjumlah 7 dan merupakan sumber sejarah yang sangat penting karena memuat sejarah Kerajaan Kutai, khususnya nama-nama raja beserta silsilahnya.

17. Kerajaan Salakanegara

kerajaan hindu budha salakanegara
nusantarainstitute.com
Jika dilihat dari catatan dari naskah wangsakerta yang disusun, diperkirakan Kerajaan Salakanegara adalah kerajaan pertama di Nusantara. Dalam beberapa catatan, kerajaan ini dipercaya menjadi salah satu leluhur dari Suku Sunda.
Sumber ini dipertegas dengan adanya wilayah peradaban Salakanegara yang sangat mirip dengan wilayah peradaban dari orang sudah bertahun-tahun hingga berabad-abad.

18. Kerajaan Janggala

kerajaan hindu budha janggala
situsbudaya.id

Kerajaan Janggala merupakan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, juga salah satu dari dua pecahan kerajaan yang pernah dipimpin oleh Airlangga yang ada di Wangsa Isana. Kerajaan ini sudah ada sekitar tahun 1042 dan mengalami keruntuhan sekitar tahun 1130-an. Walau demikian kerajaan ini mempunyai dampak yang sangat besar.
Kerajaan Janggala terletak di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Mungkin hanya itu informasi yang dapat saya bagikan tentang kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, semoga dapat menambah wawasan kalian dalam masalah sejarah Nusantara.