KERAJAAN SALAKANAGARA
Pandeglang menyuguhkan banyak sejarah yang sangat
menarik untuk di teliti. Salah satunya sejarah Kerajaan Salakanagara.
Cihunjuran, Citaman, Pulosari dan Ujung Kulon merupakan tempat-tempat yang
menyimpan banyak situs tentang Salakanagara. Di Cihunjuran misalnya, di tengah
hamparan pesawahan terdapat beberapa batu-batu purba serta kolam-kolam
pemandian purba tepatnya zaman Megalitikum.
Bukan hanya batu-batuan dan kolam-kolam purba yang
menambah menariknya Cihunjuran, pemakaman Aki Tirem Luhur Mulia atau yang lebih
dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Angling Dharma dalam nama Hindu
dan Wali Jangkung dalam nama Islam yang ukurannya tidak seperti pemakaman pada
umumnya semakin menambah eksotisme sejarah di tempat tersebut.
Batu Dolmen, tumpukan menhir yang dikumpulkan oleh
warga setempat, Batu Dakon dan Batu Peta yang sampai saat ini belum ada satu
orang pun yang dapat menerjemahkan isi peta tersebut semakin menambah eksotisme
nilai sejarah yang ada di situs Cihunjuran.
Ditengah rasa kekaguman dan keingintahuan terhadap
eksotisme sejarah peninggalan Salakanagara rasa keingintahuan itu pun
terpuaskan dengan adanya keterangan dari salah satu narasumber sekaligus tokoh
masyarakat setempat. Bapak Entong begitulah panggilan akrab bapak yang
diperkirakan umurnya diatas 60 tahun itu. Berikut beberapa keterangan dari
beliau.
1. Kerajaan Salakanagara Ada Sejak Abad Ke 1 (satu)
Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua yang
ada di Nusantara. Raja pertama Kerajaan tersebut adalah Dewawarman. Dewawarman
merupakan duta dari Kerajaan India yang diutus ke Nusantara (Pulau Jawa),
kemudian Dewawarman dinikahkan oleh Aki Tirem Luhur Mulia dengan Putrinya yang
bernama Larasati Sri Pohaci, maka setelah Dewawarman menjadi menantu dari Aki
Tirem Luhur Mulia diangkatlah Dewawarman menjadi Raja I (pertama) yang memikul
tampuk kekuasaan Kerajaan Salakanagara. Saat menjadi Raja Dewawarman I
dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji
Raksagapurasagara. Kerajaan Salakanagara beribukota di Rajatapura yang
sampai tahun 363 menjadi pusat Pemerintahaan Raja-raja Dewawarman (dari
Dewawarman I-VIII).
2. Nama lain Aki Tirem Luhur Mulia Aki Tirem Luhur
Mulia yang
merupakan mertua dari penguasa pertama kerajaan Salakanagara. Dewawarman lebih
dikenal oleh masyarakat setempat (Cihunjuran) dengan nama Prabu Angling Dharma
dan Wali Jangkung.
Nama inilah yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan
apakah Angling Dharma/Wali Jangkung hanya sebuah cerita rakyat biasa tanpa
fakta ataukah nama Angling Dharma/Wali Jangkung memang benar-benar nama lain
dari Aki Tirem Luhur Mulia? Tapi kalau ini memang benar adanya, lalu samakah
Angling Dharma yang ada di Jawa Tengah dengan Angling Dharma versi masyarakat
Cihunjuran?
Ada satu lagi hal yang menarik yang harus
dipertanyakan. Kalau memang Angling Dharma itu nama lain dari Aki Tirem Luhur
Mulia, lalu bagaimana dengan Wali Jangkung. Bukankah sebutan Wali hanya untuk
orang-orang yang memeluk agama Islam? Lalu apa sebenarnya agama yang dianut
oleh Aki Tirem Luhur Mulia? Islam kah atau Hindu? Apakah Aki Tirem Luhur Mulia
(nama asli) beragama Islam atau Hindu? Tapi dari ritual yang dijalankan oleh masyarakat
setempat dapat diartikan bahwa Aki Tirem Luhur Mulia telah di-Islam-kan oleh
penduduk setempat.
Hal tersebut bisa terlihat dari ritual-ritual, yang
dijalankan oleh masyarakat setempat terhadap situs kerajaan Salakanagara
diantaranya: ziarah yang dilakukan di makam Aki Tirem Luhur Mulia yang
menggunakan tata cara Islam mulai dari berwudhu dan bacaan-bacaan Ziarah.
3. Bukti-bukti Sejarah Peninggalan Salakanagara:
a.) Menhir Cihunjuran; berupa Menhir sebanyak
tiga buah terletak di sebuah mata air, yang pertama terletak di wilayah Desa
Cikoneng. Menhir kedua terletak di Kecamatan Mandalawangi lereng utara Gunung
Pulosari. Menhir ketiga terletak di Kecamatan Saketi lereng Gunung Pulosari,
Kabupaten Pandeglang.
Tanpa memberikan presisi dimensi dan lokasi administratif,
tetapi dalam peta tampak berada di lereng sebelah barat laut gunung Pulosari,
tidak jauh dari kampung Cilentung, Kecamatan Saketi. Batu tersebut menyerupai
batu prasasti Kawali II di Ciamis dan Batu Tulis di Bogor. Tradisi setempat
menghubungkan batu ini sebagai tempat Maulana Hasanuddin menyabung ayam dengan
Pucuk Umum.
b.) Dolmen; terletak di kampung Batu Ranjang, Desa Palanyar,
Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Berbentuk sebuah batu datar panjang
250 cm, dan lebar 110 cm, disebut Batu Ranjang. Terbuat dari batu andesit yang
dikerjakan sangat halus dengan permukaan yang rata dengan pahatan pelipit
melingkar ditopang oleh empat buah penyangga yang tingginya masing-masing 35
cm. Di tanah sekitarnya dan di bagian bawah batu ada ruang kosong. Di bawahnya
terdapat fondasi dan batu kali yang menjaga agar tiang penyangga tidak terbenam
ke dalam tanah. Dolmen ditemukan tanpa unsur megalitik lain, kecuali dua buah
batu berlubang yang terletak di sebelah timurnya.
c.) Batu Magnit; terletak di puncak Gunung Pulosari, pada lokasi
puncak Rincik Manik, Desa Saketi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang. Yaitu
sebuah batu yang cukup unik, karena ketika dilakukan pengukuran arah dengan
kompas, meskipun ditempatkan di sekeliling batu dari berbagai arah mata angin,
jarum kompas selalu menunjuk pada batu tersebut.
d.) Batu Dakon; Terletak di Kecamatan Mandalawangi, tepatnya di
situs Cihunjuran. Batu ini memiliki beberapa lubang di tengahnya dan berfungsi
sebagai tempat meramu obat-obatan
e.) Air Terjun Curug Putri; terletak di lereng Gunung Pulosari
Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, air terjun ini dahulunya merupakan
tempat pemandian Nyai Putri Rincik Manik dan Ki Roncang Omas. Di lokasi
tersebut, terdapat aneka macam batuan dalam bentuk persegi, yang berserak di
bawah cucuran air terjun.
f.) Pemandian Prabu Angling Dharma; terletak di situs Cihunjuran
Kabupaten Pandeglang. Menurut cerita rakyat, pemandian ini dulunya digunakan
oleh Prabu Angling Dharma atau Aki Tirem atau Wali Jangkung.
Kesimpulan
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua yang ada di nusantara. Hal itu
dapat dilihat dari situs-situs peninggalan kerajaan tersebut. Kerajaan
Salakanagara terdapat di Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang, dan
situs-situs peninggalannya tersebar di Cihunjuran, Citaman, Gunung Pulosari,
dan Ujung Kulon.
Menurut naskah “Pustaka Rayja-rayja I Bhumi Nusantara”, kerajaan di pulau Jawa adalah Salakanagara (artinya: negara perak). Salakanagara didirikan pada tahun 52 Saka (130/131 Masehi). Lokasi kerajaan tersebut dipercaya berada di Teluk Lada, kota Pandeglang, kota yang terkenal dengan hasil logamnya (Pandeglang dalam bahasa Sunda merupakan singkatan dari kata-kata panday dan geulang yang artinya pembuat gelang). Dr. Edi S. Ekajati, sejarawan Sunda, memperkirakan bahwa letak ibukota kerajaan tersebut adalah yang menjadi kota Merak sekarang (merak dalam bahasa Sunda artinya "membuat perak"). Sebagain lagi memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di sekitar Gunung Salak, berdasarkan pengucapan kata "Salaka" dan kata "Salak" yang hampir sama.
[[Berkas:Prsasti_tugu.jpg|thumb|upright|prasasti yang
berumur 1600 tahun yang berasal dari zaman Purnawarman, raja Tarumanagara, yang
ditemukan di Kelurahan Tugu, Jakarta. Adalah sangat
mungkin bahwa Argyre
atau Argyros pada ujung barat Iabadiou yang disebutkan Claudius Ptolemaeus
Pelusiniensis (Ptolemy) dari Mesir (87-150 AD) dalam bukunya
“Geographike Hypergesis” adalah Salakanagara.
Suatu laporan dari Cina pada tahun 132 menyebutkan
Pien, raja Ye-tiau, meminjamkan stempel mas dan pita ungu kepada Tiao-Pien. Kata
Ye-tiau ditafsirkan oleh G. Ferrand, seorang sejarawan Perancis, sebagai
Javadwipa dan Tiao-pien merujuk kepada Dewawarman.
Kerajaan Salakanagara kemudian digantikan oleh
kerajaan Tarumanagara.
Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta
- Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara (yang disusun sebuah panitia
dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan kerajaan paling
awal yang ada di Nusantara).
Nama ahli dan sejarawan yang membuktikan bahwa tatar
Banten memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi, antara lain adalah Husein
Djajadiningrat, Tb. H. Achmad, Hasan Mu’arif Ambary, Halwany Michrob dan
lain-lainnya. Banyak sudah temuan-temuan mereka disusun dalam tulisan-tulisan,
ulasan-ulasan maupun dalam buku. Belum lagi nama-nama seperti John Miksic,
Takashi, Atja, Saleh Danasasmita, Yoseph Iskandar, Claude Guillot, Ayatrohaedi,
Wishnu Handoko dan lain-lain yang menambah wawasan mengenai Banten menjadi
tambah luas dan terbuka dengan karya-karyanya dibuat baik dalam bahasa
Indonesia maupun bahasa Inggeris.
KETURUNAN INDIA Pendiri Salakanagara, Dewawarman
adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India)
yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan
pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah
Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara
Kutai didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga
dikuasai oleh kerajaan lain.
Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem.
Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus
dalam tahun 150
terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Adalah Aki Tirem, penghulu atau
penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri
Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman.
Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita
setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya.
Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima
tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan
nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja
pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara.
Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain
Kerajaan Agnynusa (Negeri Api)yang berada di Pulau Krakatau.
Raja pertama Salakanagara bernama Dewawarman yang
berasal dari India. Ia mula-mula menjadi duta negaranya (India) di Pulau Jawa.
Kemudian Dewawarman menjadi menantu Aki Tirem atau Sang Aki Luhurmulya.
Istrinya atau anak Aki Tirem bernama Pwahaci Larasati. Saat menjadi raja
Salakanagara, Dewawarman I ini dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala
Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara.
Rajatapura adalah ibukota Salakanagara yang hingga
tahun 362
menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 Masehi
hingga tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman I sendiri hanya berkuasa selama 38
tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu
Digwijayakasa Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai Raja
Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak
itu Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan
Tarumanagara yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari
Calankayana, India bernama Jayasinghawarman. Pada masa kekuasaan Dewawarman
VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur dan sentosa, sedangkan
kehidupan beragama sangat harmonis.
Sementara Jayasinghawarman
pendiri Tarumanagara
adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari
Calankayana di India
yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja
Samudragupta dari Kerajaan Maurya.
Di kemudian hari setelah Jayasinghawarman mendirikan
Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara.
Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah.
URUTAN RAJA SALAKANAGARA
(Tahun berkuasa, Nama raja, julukan/keterangan):
1. 130-168 M, DEWAWARMAN I (PRABU DARMALOKAPALA AJI
RAKSA GAPURA SAGARA, Pedagang asal Bharata (India),
2. 168-195 M, DEWAWARMAN II (PRABU DIGWIJAYAKASA
DEWAWARMANPUTRA), Putera tertua Dewawarman I,
3. 195-238 M,
DEWAWARMAN III (PRABU SINGASAGARA BIMAYASAWIRYA), Putera Dewawarman II,
4. 238-252 M, DEWAWARMAN IV (Menantu Dewawarman II,
Raja Ujung Kulon),
5. 252-276 M, DEWAWARMAN V (MENANTU Dewawarman IV),
6. 276-289 M, MAHISASURAMARDINI WARMANDEWI (Puteri
tertua Dewawarman IV & isteri Dewawarman V), karena Dewawarman V gugur
melawan bajak laut,
7. 289-308 M, DEWAWARMAN VI (SANG MOKTENG SAMUDERA),
Putera tertua Dewawarman V,
8. 308-340 M, DEWAWARMAN VII (PRABU BIMA DIGWIJAYA
SATYAGANAPATI), Putera tertua Dewawarman VI,
9. 340-348 M, SPHATIKARNAWA WARMANDEWI (Puteri sulung
Dewawarman VII),
10. 348-362 M, DEWAWARMAN VIII (PRABU DARMAWIRYA
DEWAWARMAN), Cucu Dewawarman VI yang menikahi Sphatikarnawa.
Tahun 362 M saat dipegang DEWAWARMAN IX, Salakanagara
telah menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara. Dewawarman VIII merupakan raja
terakhir Salakanagara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar