Ditemukannya
situs Subang Larang di Muara Jati, Desa Naggerang , Binong tahun 2011
lalu ternyata menguak kisah lain dari wilayah yang disebut Astana
Panjang oleh masyarakat sekitar. Astana Panjang merupakan sebutan untuk
kawasan antara Muara Jati hingga ke Teluk Agung di desa Nanggerang.
Asep, warga sekitar mengatakan, “Sampai sekarang belum terpecahkan, kenapa nama Astana Panjang itu dipakai untuk menamai kawasan ini,” tambahnya.
Menurut Asep, sejak puluhan tahun lalu warga masyarakat sekitar sering mememukan benda-benda kuno di daerah yang disebut kawasan Astana Panjang ini. Sehingga sebagian masyarakat meyakini kawasan ini merupakan bekas kuburan kuno.
“Dulu waktu kecil, kami sering menemukan benda semacam kelereng di sini, tapi ada lubangnya. Ya, karena ga ngerti biasa kami pakai untuk main kelereng saja,” ungkap Asep.
“Waktu itu banyak juga masyarakat yang menemukan benda-benda lain, tapi karena takut terjadi sesuatu, maka biasanya benda tersebut tidak diambil,” tambahnya.
Hingga sekitar tahun 1991 masyarakat baru mengerti bahwa barang yang mereka temukan adalah benda bersejarah, sejak saat itu mereka tidak takut lagi jika menemukannya dan mulai menyimpannya.
Usep, salah seorang masyarakat lain juga bercerita. Neneknya pernah menemukan benda yang terbuat dari emas di sana. Namun sayang saat itu neneknya malah menukar benda tersebut dengan seekor sapi.
“Nenek saya pernah menemukan benda kayak batangan emas berukir di sini, tapi kemudian malah ditukar dengan sapi. Sekarang emasnya hilang, sapinya juga sudah tidak ada, “ katanya menyayangkan.
Menurut Asep hingga tahun 2000-an masyarakat sekitar masih sering menemukan benda-benda kuno berserakan di sekitar Astana Panjang.
“Sekarang aja, kalau habis hujan, biasanya suka ada saja benda kuno yang terlihat, “kata Asep.
Menurut Asep, sejak puluhan tahun lalu warga masyarakat sekitar sering mememukan benda-benda kuno di daerah yang disebut kawasan Astana Panjang ini. Sehingga sebagian masyarakat meyakini kawasan ini merupakan bekas kuburan kuno.
“Dulu waktu kecil, kami sering menemukan benda semacam kelereng di sini, tapi ada lubangnya. Ya, karena ga ngerti biasa kami pakai untuk main kelereng saja,” ungkap Asep.
“Waktu itu banyak juga masyarakat yang menemukan benda-benda lain, tapi karena takut terjadi sesuatu, maka biasanya benda tersebut tidak diambil,” tambahnya.
Hingga sekitar tahun 1991 masyarakat baru mengerti bahwa barang yang mereka temukan adalah benda bersejarah, sejak saat itu mereka tidak takut lagi jika menemukannya dan mulai menyimpannya.
Usep, salah seorang masyarakat lain juga bercerita. Neneknya pernah menemukan benda yang terbuat dari emas di sana. Namun sayang saat itu neneknya malah menukar benda tersebut dengan seekor sapi.
“Nenek saya pernah menemukan benda kayak batangan emas berukir di sini, tapi kemudian malah ditukar dengan sapi. Sekarang emasnya hilang, sapinya juga sudah tidak ada, “ katanya menyayangkan.
Menurut Asep hingga tahun 2000-an masyarakat sekitar masih sering menemukan benda-benda kuno berserakan di sekitar Astana Panjang.
“Sekarang aja, kalau habis hujan, biasanya suka ada saja benda kuno yang terlihat, “kata Asep.
“Serpihan-serpihan
kecil gitumah sudah tidak diambil. Biasanya yang disimpan benda-benda
yang hampir utuh, dan sekarangmah sudah tidak ditemukan lagi” kata Asep.
Benda-benda
yang ditemukan di Astana Panjang sangat beragam, seperti gerabah kuno,
keramik cina, penutup gigi dari emas, senjata, batu asahan, perhiasan
dan masih banyak lagi. Benda-benda yang ditemukan tersebut menunjukkan
tidak berasal dari satu masa kehidupan.
“Benda-benda yang ditemukan tersebut berasal dari beberapa masa, ada yang berasal dari masa Islam, masa sebelum Islam bahkan dari masa sebelum sejarah. Namun yang hampir bisa dipastikan beberapa peninggalan tersebut merujuk pada peninggalan suku Buni ” ungkap Asep.
Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa waktu lalu dengan penggalian sekitar 60 cm di sekitar Muara Jati. Benda-benda yang ditemukan tersebut diantaranya diduga peninggalan kebudayaan suku Buni. Kebudayaan Buni diperkirakan muncul pada akhir pra-Masehi hingga sekitar abad ke-5 Masehi, sebarannya meliputi wilayah pesisir utara Banten dan Jawa Barat.
Ciri-ciri kebudayaan Buni adalah banyaknya penggunaan gerabah seperti piring, periuk, kendi, dan peralatan sehari-hari. Ini ditunjang beberapa unsur tradisi megalitik, seperti penyertaan bekal kubur, mayat yang dilengkapi manik-manik, serta beberapa menhir dan batu meja.
Benda-benda hasil temuan masyarakat tersebut kini telah dikumpulkan oleh pengurus situs tersebut. Ke depan direncanakan akan dibangun sebuah museum di sekitar Muara Jati untuk menampung benda-benda bersejarah tersebut.
“Benda-benda yang ditemukan tersebut berasal dari beberapa masa, ada yang berasal dari masa Islam, masa sebelum Islam bahkan dari masa sebelum sejarah. Namun yang hampir bisa dipastikan beberapa peninggalan tersebut merujuk pada peninggalan suku Buni ” ungkap Asep.
Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa waktu lalu dengan penggalian sekitar 60 cm di sekitar Muara Jati. Benda-benda yang ditemukan tersebut diantaranya diduga peninggalan kebudayaan suku Buni. Kebudayaan Buni diperkirakan muncul pada akhir pra-Masehi hingga sekitar abad ke-5 Masehi, sebarannya meliputi wilayah pesisir utara Banten dan Jawa Barat.
Ciri-ciri kebudayaan Buni adalah banyaknya penggunaan gerabah seperti piring, periuk, kendi, dan peralatan sehari-hari. Ini ditunjang beberapa unsur tradisi megalitik, seperti penyertaan bekal kubur, mayat yang dilengkapi manik-manik, serta beberapa menhir dan batu meja.
Benda-benda hasil temuan masyarakat tersebut kini telah dikumpulkan oleh pengurus situs tersebut. Ke depan direncanakan akan dibangun sebuah museum di sekitar Muara Jati untuk menampung benda-benda bersejarah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar