Kehadiran orang Galuh di Keajaan Sunda di keraton pakuan waktu itu belum
dapat diterima secara umum. Seperti kehadiran tamperan dan Sanjaya
sebagai orang sunda di galuh. Seperti Prabu Darmaraksa yang dibunuh
manteri panatik sunda.
Karena itu setiap raja selalu memperhitungkan kedudukannya dan akan memeilih pusat pemerintahannya. Walhasil pusat pemerintahan selalu berpindah-pindah sesuai pemilihan raja yang dianggap strategis dan aman.
Seperti halnya Sanghyang Ageng memilih berkedudukan di galuh. Sri jayabupati memilih di Pakuan. Putranya justru memilih di Galuh. dan raja ke-22 dan ke-23 memerintah di Pakuan. raja ke-24 merintah di Galuh kembali. Prabu Darmasiksa mulanya memerintah di SAUNGGALAH kemudian pindah ke pakuan. Putranya Prabu Raga Suci memerintah kembali dari Saunggalah.
Prabu Raga Suci (1297 - 1303) yang nenggantikan Prabu Darma Siksa memilih saungalah sebagai pusat pemerintahan karena sebelumnya ia menjadi raja di wilayah timur. tetapi pada masa pemerintahan putranya, Prabu Citra Ganda lebih memilih pakuan sebagai pusat pemerintahan.
Raga Suci sebenarnya bukan putra mahkota karena kedudukan putra mahkota di jabat kakanya RAKEAN JAYADARMA. Jayadarma adalah menantu MAHISA CEMPAKA karena berjodoh dengan DIAH SINGAMURTI atau DIAH LEMBU TAL.
Pernikahan Rakean Jayadarma dengan Diah Lembu Tal berputrakan SANG NARORYA SANGGRA MAWIJAYA yang lebih dikenal RADEN WIJAYA. Raden wijaya sebenarnya lahir di Pakuan tetapi karena Diah Lembu Tal tidal mau berlama-lama di Pakuan akhirnya di antar pulang kejawa timur dan Raden Wijaya dibawanya serta. RadenWijaya dalam babad tanah jawi disebut sebagai JAka Suruh Pajajaran, yang akhirnya jadi raja Majapahit I.
Kematian JAYADARMA mengosongkan kedudukan putra mahkota, karena Raden Wijaya berada di Jawa timur maka Prabu Darma Siksa menujuk putra Prabu Raga Suci, Citra Ganda sebagai ahli warisnya. Permaisuri Raga Suci adalah Dara Puspa putri dari kerajaan Melayu, ia adik dari Dara Kencana isteri dari Prabu KERTANEGARA.
Citra Ganda tinggal bersama kakeknya di pakuan. Ketika Prabu Darma siksa wapat, untuk semengtara ia menjadi raja daerah selama 6 tahun di pakuan, ketika itu Raja Sunda dijabat ayahnya di Saunggalah (1303 - 1311).
Pada abad ke XIV di timur muncul kota baru yang mendesak kedudukan Galuh dan Saunggalah yaitu kota Kawali. Kawali sangat strategis karena berada di tengah-tengah segitiga emas keraton yaitu Galunggung, galuh dan Saunggalah.
Melihat posisi tersebut Prabu Lingga Dewata putra Citra Ganda memilih berkedudukan di kawali. Begitu juga menantunya Prabu Aji Guna wisesa memilih berkedudukan di kawali. Sampai pada tahun 1482 M pusat perintahan tetap di Kawali. Nama Kawali terabadikan dalam 2 buah prasasti peninggalan Prabu Niskala Wastu Kencana yang terdapat di Astana Gede Kawali.
Dalam prasasti itu di tertulis, " mangadeg di kuta Kawali" yang artinya bertahta di kota kawali. Keraton Kawali dinamakan keraton Surawisesa. yang dijelaskan sebagai "dalem sipawindu hurip", yang berarti keraton yang memberi ketenangan hidup.
Prabu Niskala Wastu Kecana adalah putra Prabu Lingga Buana yang gugur di Bubat tahun 1357 M . Ketika perang Bubat terjadi usia Niskala Wastu Kencana baaru 9 tahun. Ia satu-satunya ahli waris singgasana Pajajaran yang hidup, karena ke-3 kakanya ikut gugur di medan perang Bubat.
Mengingat usia Niskala Wastu Kencana Masih sangat belia, untuk sementara pemerintahan dijabat pamannya MANGKU BUMI SURADIPATI atau dikenal PRABU BUNISORA SURADIPATI. Ada juga yang menyebutnya Prabu Kuda Lalean. Dalam Babad Panjalu disebut Borosngora dan di jampang disebut BATARAGURU karena beliau adalah pertapa.
Wastu Kencana di nobatkan jadi raja pada tahun 1371 pada usia 23 tahun. Permaisuri yang pertama LARA SARKATI, Putri dari lampung. Dari perkawinannya melahirkan SANG HALIWUNGAN yang setelah jadi Raja bergelar PRABU SUSUK TUNGGAL.
Permaisuri yang ke-2 adalah MAYANGSARI, putri sulung BUNISORA SURADIPATI, dari perkawinannya lahirlah NINGRAT KENCANA yang setelah menduduki tahta di Galuh bergelar PRABU DEWA NISKALA.
Setelah Prabu Niskala Wastu Kencana wapat tahun 1475 M, kerakjaan di pecah jadi 2 yaitu Galuh dengan rajanya Prabu Dewa Nisakala, dan Sunda dengan Rajanya Prabu Susuk Tunggal, dan kedudukan yang sederajat.
Politik kesatuan wilayah telah membuat jalinan perkawinan antar Cucu Niskala Wastu Kencana, seperti masa lalunya dimana cucu Wreti Kandayun banyak yang melakukan perkawainan antar kerabat. JAYA DEWATA putra Dewa Niskala mula-mula meperisteri AMBET KASIH, Putri KI GEDEN TAPA Raja di Singapura atau Singamerta. kemudian Jaya Dewata memperisteri KENTRING MANIK MAYANG SUNDA putri bungsu Prabu Susuk Tunggal.
Jaman Pajajaran diawali pada jaman SRIBADUGA MAHARAJA JAYADEWATA yang memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521 ). Pada masa Sri badugalah Pajajaran mencapai puncak kejayaannya. Hal ini di perkuat dengan Prasaati batu tulis yang didalamnya berisi bahwa sri baduga dinobatkan dua kali, yaitu saat Sribaduga menerimam tahta Galuh dari ayahnya, Prabu Dewa Niskala dan mendapat gelar PRABU GURU DEWA PRANATA. Keduanya ketika menerima tahta kerajaan Sunda dari mertunya, Prabu Susuk Tunggal dengan gelar SRI BADUGA MAHARAJA RATU HAJI DI PAKUAN PAJAJARAN SRI SANG RATU DEWATA.
Karena itu setiap raja selalu memperhitungkan kedudukannya dan akan memeilih pusat pemerintahannya. Walhasil pusat pemerintahan selalu berpindah-pindah sesuai pemilihan raja yang dianggap strategis dan aman.
Seperti halnya Sanghyang Ageng memilih berkedudukan di galuh. Sri jayabupati memilih di Pakuan. Putranya justru memilih di Galuh. dan raja ke-22 dan ke-23 memerintah di Pakuan. raja ke-24 merintah di Galuh kembali. Prabu Darmasiksa mulanya memerintah di SAUNGGALAH kemudian pindah ke pakuan. Putranya Prabu Raga Suci memerintah kembali dari Saunggalah.
Prabu Raga Suci (1297 - 1303) yang nenggantikan Prabu Darma Siksa memilih saungalah sebagai pusat pemerintahan karena sebelumnya ia menjadi raja di wilayah timur. tetapi pada masa pemerintahan putranya, Prabu Citra Ganda lebih memilih pakuan sebagai pusat pemerintahan.
Raga Suci sebenarnya bukan putra mahkota karena kedudukan putra mahkota di jabat kakanya RAKEAN JAYADARMA. Jayadarma adalah menantu MAHISA CEMPAKA karena berjodoh dengan DIAH SINGAMURTI atau DIAH LEMBU TAL.
Pernikahan Rakean Jayadarma dengan Diah Lembu Tal berputrakan SANG NARORYA SANGGRA MAWIJAYA yang lebih dikenal RADEN WIJAYA. Raden wijaya sebenarnya lahir di Pakuan tetapi karena Diah Lembu Tal tidal mau berlama-lama di Pakuan akhirnya di antar pulang kejawa timur dan Raden Wijaya dibawanya serta. RadenWijaya dalam babad tanah jawi disebut sebagai JAka Suruh Pajajaran, yang akhirnya jadi raja Majapahit I.
Kematian JAYADARMA mengosongkan kedudukan putra mahkota, karena Raden Wijaya berada di Jawa timur maka Prabu Darma Siksa menujuk putra Prabu Raga Suci, Citra Ganda sebagai ahli warisnya. Permaisuri Raga Suci adalah Dara Puspa putri dari kerajaan Melayu, ia adik dari Dara Kencana isteri dari Prabu KERTANEGARA.
Citra Ganda tinggal bersama kakeknya di pakuan. Ketika Prabu Darma siksa wapat, untuk semengtara ia menjadi raja daerah selama 6 tahun di pakuan, ketika itu Raja Sunda dijabat ayahnya di Saunggalah (1303 - 1311).
Pada abad ke XIV di timur muncul kota baru yang mendesak kedudukan Galuh dan Saunggalah yaitu kota Kawali. Kawali sangat strategis karena berada di tengah-tengah segitiga emas keraton yaitu Galunggung, galuh dan Saunggalah.
Melihat posisi tersebut Prabu Lingga Dewata putra Citra Ganda memilih berkedudukan di kawali. Begitu juga menantunya Prabu Aji Guna wisesa memilih berkedudukan di kawali. Sampai pada tahun 1482 M pusat perintahan tetap di Kawali. Nama Kawali terabadikan dalam 2 buah prasasti peninggalan Prabu Niskala Wastu Kencana yang terdapat di Astana Gede Kawali.
Dalam prasasti itu di tertulis, " mangadeg di kuta Kawali" yang artinya bertahta di kota kawali. Keraton Kawali dinamakan keraton Surawisesa. yang dijelaskan sebagai "dalem sipawindu hurip", yang berarti keraton yang memberi ketenangan hidup.
Prabu Niskala Wastu Kecana adalah putra Prabu Lingga Buana yang gugur di Bubat tahun 1357 M . Ketika perang Bubat terjadi usia Niskala Wastu Kencana baaru 9 tahun. Ia satu-satunya ahli waris singgasana Pajajaran yang hidup, karena ke-3 kakanya ikut gugur di medan perang Bubat.
Mengingat usia Niskala Wastu Kencana Masih sangat belia, untuk sementara pemerintahan dijabat pamannya MANGKU BUMI SURADIPATI atau dikenal PRABU BUNISORA SURADIPATI. Ada juga yang menyebutnya Prabu Kuda Lalean. Dalam Babad Panjalu disebut Borosngora dan di jampang disebut BATARAGURU karena beliau adalah pertapa.
Wastu Kencana di nobatkan jadi raja pada tahun 1371 pada usia 23 tahun. Permaisuri yang pertama LARA SARKATI, Putri dari lampung. Dari perkawinannya melahirkan SANG HALIWUNGAN yang setelah jadi Raja bergelar PRABU SUSUK TUNGGAL.
Permaisuri yang ke-2 adalah MAYANGSARI, putri sulung BUNISORA SURADIPATI, dari perkawinannya lahirlah NINGRAT KENCANA yang setelah menduduki tahta di Galuh bergelar PRABU DEWA NISKALA.
Setelah Prabu Niskala Wastu Kencana wapat tahun 1475 M, kerakjaan di pecah jadi 2 yaitu Galuh dengan rajanya Prabu Dewa Nisakala, dan Sunda dengan Rajanya Prabu Susuk Tunggal, dan kedudukan yang sederajat.
Politik kesatuan wilayah telah membuat jalinan perkawinan antar Cucu Niskala Wastu Kencana, seperti masa lalunya dimana cucu Wreti Kandayun banyak yang melakukan perkawainan antar kerabat. JAYA DEWATA putra Dewa Niskala mula-mula meperisteri AMBET KASIH, Putri KI GEDEN TAPA Raja di Singapura atau Singamerta. kemudian Jaya Dewata memperisteri KENTRING MANIK MAYANG SUNDA putri bungsu Prabu Susuk Tunggal.
Jaman Pajajaran diawali pada jaman SRIBADUGA MAHARAJA JAYADEWATA yang memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521 ). Pada masa Sri badugalah Pajajaran mencapai puncak kejayaannya. Hal ini di perkuat dengan Prasaati batu tulis yang didalamnya berisi bahwa sri baduga dinobatkan dua kali, yaitu saat Sribaduga menerimam tahta Galuh dari ayahnya, Prabu Dewa Niskala dan mendapat gelar PRABU GURU DEWA PRANATA. Keduanya ketika menerima tahta kerajaan Sunda dari mertunya, Prabu Susuk Tunggal dengan gelar SRI BADUGA MAHARAJA RATU HAJI DI PAKUAN PAJAJARAN SRI SANG RATU DEWATA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar