
“…Prasasti Batutulis, Memoar Kebesaran Nama Prabu Siliwangi (1482 – 1521)…” Photo By : Red.NRMnews.com

“…Ilustrasi Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi…”
“…NRMnews.com – BOGOR, Tersebutlah seorang Raja di bumi Jawa Barat, yang namanya tetaplah Legendaris hingga saat ini, dan Raja itu bernama Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.
Berdasarkan keterangan dari Prasasti Batu Tulis yang terdapat di jalan Batu Tulis Bogor, beliau memerintah bumi Jawa Barat selama kurang lebih 39 tahun, terhitung sejak tahun 1482 hingga 1521 Masehi, sedangkan kerajaannya bernama Galuh Pakuan Padjajaran.
Saat ini nama Galuh Pakuan Padjajaran bekas nama kerajaan Sunda, yang dulu beliau pimpin tersebut, oleh pemerintah pusat tetaplah di abadikan, dengan menjadikannya sebagai nama dari sebuah universitas negeri di kota Bandung yaitu : Universitas Padjajaran. Selain itu nama kerajaan Sunda tersebut, juga dipergunakan sebagai nama dari sebuah universitas di kota Bogor, dengan sebutan Universitas Pakuan Bogor.
Dan bukan hanya itu saja, kebesaran nama Prabu Siliwangi pun di abadikan secara monumental, sebagai simbol Perjuangan rakyat Jawa Barat. Dimana hal tersebut terkait dengan peristiwa Long March Divisi Siliwangi, saat agresi militer Belanda II, pada 19 Desember 1948. Hingga kini nama besar Prabu Siliwangi tersebut tetap di abadikan, menjadi nama Kodam III Siliwangi Korps TNI Angkatan Darat.
Menurut para ahli sejarah di masa pemerintahan beliau Prabu Siliwangi, jumlah populasi penduduk ibu kota Pakuan kerajaan Padjajaran Jawa Barat adalah, kurang lebih 48.271 jiwa. Dan menempati urutan no 2 terbanyak jumlah penduduknya, dari seluruh jumlah penduduk yang tinggal di ibu kota-ibu kota kerajaan di Nusantara.
Sedangkan kerajaan dengan jumlah populasi penduduk, yang ibu kotanya menempati urutan Pertama, sekaligus terbesar di Nusantara kala itu adalah, ibu kota Trowulan kerajaan Majapahit di Jawa Timur, dengan jumlah penduduknya yaitu 49.197 jiwa. Di masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi (1482 – 1521 Masehi), kerajaan Galuh Pakuan Padjajaran mencapai puncak masa Kejayaannya.

“…Candi CANGKUANG…” Peninggalan Kerajaan Galuh Pakuan Padjajaran di Garut Jawa Barat
Dengan pelabuhan niaganya Sunda Kelapa, serta wilayahnya yang meliputi seluruh Jawa Barat, Selat Sunda, Lampung (Sumatera Selatan), hingga Pegunungan Dieng Wonosobo (Jawa Tengah).
Kerajaan Galuh Pakuan Padjajaran menjadi sebuah negara besar, yang sangat diperhitungkan dan disegani, oleh segenap kerajaan-kerajaan yang tersebar diseluruh penjuru Nusantara.
Jadi tak heran jika dimasa itu, pelabuhan niaga Sunda Kelapa, yang kini merupakan salah satu pelabuhan kota Jakarta, menjadi pusat jalur lalu lintas Perdagangan dan Imigrasi, berbagai bangsa (penduduk asing) dari Mancanegara ke pulau Jawa.
Pelabuhan-pelabuhan laut yang menjadi pusat perniagaan saat itu di antaranya adalah : Banten, Pontang, Cigede, Tamgara (Muara Cisadane), Sunda Kelapa (Jakarta), Karawang dan Muara Kali Cimanuk.
Menurut catatan Tom Pires seorang Penjelajah Samudera berkebangsaan Portugis, bersama 4 buah kapal dagang Portugis, yang sedang berlabuh di pantai utara Jawa, lalu kemudian singgah di Padjajaran pada tahun 1513 Masehi mencatat bahwa :
“…Kerajaan Sunda Padjajaran adalah Negeri para Ksatria sekaligus Pahlawan Laut, sebab para Pelautnya telah mampu berlayar ke berbagai negara mancanegara, hingga sampai ke kepulauan Maladewa Srilangka…” tulisnya.
Selain itu Tom Pires pun mencatat, bahwa komoditi perdagangan kerajaan Padjajaran yang terpenting adalah : Beras mencapai 10 Jung pertahun, Lada 1000 bahar pertahun, mengekspor Kain Tenun ke kerajaan Malaka, Sayuran yang melimpah ruah, Daging serta Asam, yang jika di gabung akan dapat untuk memuati lebih dari 1000 Kapal Dagang.
Berdasarkan catatan Tom Pires itu pula, beliau pun mencatat tentang keadaan ibu kota Pakuan Padjajaran, dimana di katakan olehnya, bahwa rumah-rumah di kota Pakuan Padjajaran sangatlah indah dan besar, terbuat dari kayu dan palem.
Istana tempat tinggal Raja di kelilingi oleh 330 Tiang Pilar Kayu berukuran sebesar Tong Anggur, dengan Tinggi 4 pathom atau sekitar 9 meter, di sertai berbagai ukiran indah di atasnya.
Tak lupa Tom Pires pun mencatat, tentang pola perilaku masyarakat Padjajaran yang katanya adalah : Menarik, Ramah, Sopan, Jujur serta berbadan Tinggi Besar.
Dan komentarnya pula tentang sosok Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi di dalam bukunya “…THE KINGDOM Of SUNDA Is JUSSTTLY GOVERNED…” Tom Pires mengatakan bahwa :
“…Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi adalah sosok seorang Raja yang ADIL dan BIJAKSANA, dalam memerintah segenap rakyat kerajaannya… “.
Prabu Siliwangi terlahir di keraton Surawisesa Kawali, ibu kota kerajaan Galuh Sunda, yang kini berada di daerah Ciamis, Jawa barat. Beliau adalah putera dari Prabu Dewa Niskala, sedangkan Prabu Dewa Niskala adalah putera dari Prabu Niskala Wastu Kancana, yang merupakan anak lelaki satu-satunya dari Prabu Lingga Buana.
Jadi secara urutan garis silsilah, Prabu Siliwangi adalah Cucu dari Prabu Niskala Wastu Kencana, sekaligus Cicit dari Prabu Lingga Buana sang Mokteng Bubat. Oleh Kakeknya yaitu Prabu Niskala Wastu Kencana, beliau diberi nama Sang Pamanah Rasa, sedangkan oleh Ayahandanya yaitu Prabu Dewa Niskala, beliau diberi nama Sang Jaya Dewata.
“…Situs Prasasti Batu Tulis, Catatan Masa Pemerintahan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi…” Photo By : Red. NRMnews.com
Di usia remaja / masa mudanya sang Pamanah Rasa / Jaya Dewata, ternyata tumbuh menjadi seorang pemuda tampan dan gagah, yang lebih cendrung mewarisi karakter/sifat perilaku dari kakeknya, yaitu Prabu Niskala Wastu Kencana, ketimbang ayahnya Prabu Dewa Niskala.
Sang Pamanah Rasa/Jaya Dewata pun kemudian mengikuti jejak sang Kakek, yaitu gemar tirakat/lelaku prihatin (Pengendalian Diri), serta menjadi seorang ksatria Pengembara.
Meskipun Ia adalah seorang Putera Mahkota/Pangeran Kerajaan Galuh, namun Sang Pamanah Rasa/Jaya Dewata Muda, tidaklah mau tinggal diam, serta asyik terbuai oleh kehidupan mewah di istana, yang penuh hidangan lezat, serta pelayanan gadis-gadis cantik dayang-dayang istana. Ia pun kemudian pergi mengembara ke wilayah utara Jawa sampai ke Muara Jati, Cirebon.
Dan berkat ketekunan serta perjalanan lelaku prihatin/tirakat pengendalian dirinya, yang di mulai sejak masa mudanya itulah, kelak dikemudian hari berhasil membentuk karakter sang Pamanah Rasa/Jaya Dewata, menjadi seorang Raja yang ADIL, ARIF, BIJAKSANA, serta berhasil mempersatukan seluruh kerajaan-kerajaan di wilayah Jawa Barat, dibawah panji-panji kebesaran Kerajaan Galuh Pakuan Padjajaran, yang beribu kota di Pakuan, Bogor.
Di mana kemakmuran dan kesentausaannya, tersiar memancar ke seantero pelosok bumi Nusantara, bahkan Mancanegara. Sehingga pantaslah Beliau, jika dikemudian hari memperoleh nama Gelar Kehormatan sebagai Sang Hyang Maharaja Prabu Siliwangi. Oleh karena Beliau memanglah teramat sangat di Cintai sekaligus di Hormati oleh segenap rakyat Jawa Barat, serta anak cucu keturunannya hingga saat ini…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar