Jumat, 17 Juni 2016

Jarang Ada Pengunjung, Museum Galuh Pakuan Ciamis Kurang Dipromosikan

Jarang Ada Pengunjung, Museum Galuh Pakuan Ciamis Kurang Dipromosikan
Museum Galuh Pakuan. Photo : Net/ Dok. Radiaan Suriaatmaja

Jarang Ada Pengunjung, Museum Galuh Pakuan Ciamis Kurang Dipromosikan
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Keberadaan Museum Galuh Pakuan, di Keraton Selagangga, tepatnya di Lingkungan Rancapetir, Kelurahan Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kurang diketahui masyarakat. Hal itu disebabkan karena lokasi museum tersebut berada jauh dan sulit dari jangkauan masyarakat.  
Bagi masyarakat yang ingin mengunjunginya, mereka harus masuk gang dari Jalan Raya Jendral Ahmad Yani. Museum bersejarah ini juga kurang representatif karena kurang tertata dan ruangannya terlalu sempit.
Pengelola Museum Galuh Pakuan, Agus Heryadi, ketika ditemui HR, beberapa waktu lalu, mengakui tidak banyak masyarakat Ciamis yang mengetahui keberadaan Museum Galuh Pakuan. Padahal menurut dia, museum tersebut sudah sejak lama dibuka untuk umum dan bisa dikunjungi.
Selama ini, kata Agus, mayoritas pengunjung yang datang merupakan kalangan akademisi dari luar kota, pejabat dan tamu undangan yang ingin mengetahui benda-benda pusaka bersejarah dari jaman kerajaan galuh.
Agus mengungkapkan, Museum Galuh Pakuan menyimpan 25 jenis benda pusaka peninggalan Bupati Galuh RAA Koesoema Diningrat dan RAA Kusuma Subrata. Diantaranya, keris, kujang, pedang, patrem, golok besar, tombak, baki tembaga, kail besar, payung kebesaran, keramik, guci, arca, trisula, naskah khutbah, alat musik seperti saron, bonang, kenong dan goong.
“Museum ini mungkin kurang diperkenalkan kepada masyarakat. Saya berharap Pemerintah Kabupaten Ciamis lebih memperhatikan lagi soal ini,” tandasnya.
Gilang Hadiana, S.Pd, guru sejarah di salah satu SMK di Kabupaten Ciamis, ketika dimintai tanggapan, beberapa waktu lalu, mengakui keberadaan Museum galuh Pakuan kurang dipromosikan kepada masyarakat.
Menurut Gilang, selain kurang dikenal masyarakat, akses Museum Galuh Pakuan juga sulit dijangkau oleh pengunjung karena lokasinya berada di daerah tertutup. Dia juga mengira, masyarakat masih menganggap museum itu tempat kuno, membosankan dan kurang menyenangkan.
“Memang, berbeda dengan di luar negeri seperti di Eropa dan Jepang, museum selalu ramai pengunjung. Pengunjung datang tidak hanya untuk sekedar jalan-jalan, namun juga menghibur diri dan menambah pengetahuan,” katanya.
Gilang menambahkan, keberadaan museum sebenarnya berfungsi sebagai alat untuk mentransfer warisan budaya. Pengunjung bisa mempelajari cerita-cerita masa lalu dan menikmati berbagai karya-karya seni yang indah. (Heri/Koran-HR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar