Minggu, 19 Juni 2016

Menguak kisah Nyi Subang Larang, istri Pamanah Rasa Prabu Siliwangi

Tidak begitu banyak masyarakat Bogor yang mengenal siapa sebenarnya Nyi Subang Larang istri Pamanah Rasa Prabu Siliwangi, raja dari Pakuan Pajajaran. Bagi masyarakat sunda di Jawa Barat, sosok Nyi Subang Larang adalah salah seorang wanita yang paling berpengaruh pada masanya, bahkan sejarah tatar sunda pun tidak bisa dilepaskan dari perjalanan hidupnya. 
nyai subang larang


Nyi Subang Larang lahir pada tahun 1404, ia adalah putri Ki Gedeng Tapa yang adalah seorang Syah Bandar Muara Jati, Cirebon yang pernah mendapat hadiah cinderamata mercusuar dari Laksman Ceng Ho, seorang pemimpin pasukan dari Kekaisaran China pada tahun 1415.

Nyi Subang memiliki nama asli Kubang Kencana Ningrum, namanya diganti pada waktu ia berguru pada Syeikh Qurra' atau Syekh Hasanuddin. Pada saat itu, Syeikh Quro memberinya nama Sub Ang Larang yang mempunyai arti "Pahlawan Berkuda". 

Sepulangnya dari berguru, Nyi Subang Larang kemudian mendirikan sebuah pesantren besar yang bernama "Kobong Amparan Alit"  di daerah Teluk Agung yang kini berada dalam lingkungan Desa Nanggerang, Kecamatan Binong. Kelak 'Kobong Amparan Alit' berubah menjadi 'Babakan Alit'.  

Beberapa waktu kemudian, Nyi Subang Larang diperistri oleh Pamanah Rasa yang mempunyai gelar Prabu Siliwangi dan kelak melahirkan tiga orang anak yang semuanya itu akan menjadi tokoh-tokoh paling berpengaruh di Jawa Barat. 

Ketiga anak Nyi Subang Larang adalah Pangeran Walangsungsang (1423) yang bergelar Pangeran Cakrabuana yang kelak mendirikan Kesultanan Cirebon, Rajasangara (1428), dan seorang putri yang bernama Nyai Lara Santang (1426). 

Dalam perkembangannya, Pangeran Cakrabuana seringkali dianggap sama dengan Kiansantang, dan dalam versi lain banyak yang menyebut namanya dengan sebutan Arya Santang. Sedangkan cerita lain menyebutkan bahwa Kian Santang adalah nama lain dari Rajasangara yang makamnya berada di daerah Godog, Garut dan merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam di Jawa Barat.

Dalam catatan sejarah, Kerajaan Sumedang Larang, Pakuan Pajajaran, dan Kerajaan-kerajaan Sunda lainnya tidak bisa dilepaskan dari perjalanan hidup seorang Nyi Subang Larang. 

Pertemuan dengan Prabu Siliwangi

Sekitar tahun 1420-an, Ki Gedeng Tapa mengadakan sayembara tarus satria yang tujuannya adalah mencarikan seorang suami yang gagah berani bagi putrinya itu. Dalam sayembara tersebut Pamanah Rasa tampil sebagai pemenang dan berhak memperistri Nyi Subang Larang. Konon, lawan terberat Pamanah Rasa dalam sayembara tersebut adalah Amuk Marugul putra dari Prabu Susuk Tunggal (Kerajaan Sunda) yang jika dikaitkan ternyata memiliki hubungan keluarga dengannya. 

Namun dalam versi lainnya disebutkan bahwa pertemuan Nyi Subang Larang dengan Prabu Siliwangi terjadi tatkala Pamanah Rasa merasa tertarik tatkala mendengarkan lantunan ayat-ayat Al QUran pada saat Nyi Subang Larang sedang mengaji di pesantren Syekh Quro. Disitulah ia kemudian jatuh hati pada putri Ki Gedeng Tapa tersebut, dan melamarnya untuk menjadi istrinya. Pada tahun yang sama, terjadi peperangan antara negeri Singapura pimpinan Pamanah Rasa dengan nagari Japura pimpinan Amuk Marugul. Perang tersebut kemudian dimenangkan oleh Pamanah Rasa.

Pamanah Rasa kemudian pergi ke Pakuan, Kerajaan Sunda, dan di sana ia bertemu dengan Kentring Manik Mayang Sunda, yang adalah adik dari Amuk Marugul yang juga salah seorang putri dari Prabu Susuk Tunggal yang tak lain adalah pamannya (uwa) sendiri. Meski Pamanah Rasa telah memiliki Subang Larang sebagai istri, namun ia juga kemudian menikahi Kentring Manik Mayang Sunda.

Dari pernikahannya tersebut, Pamanah Rasa kemudian diangkat menjadi putra mahkota oleh Prabu Susuk Tunggal karena dianggal lebih cakap dari Amuk Marugul. 

ilustrasi

Pamanah Rasa kemudian memboyong Subang Larang untuk tinggal dan menetap di Keraton Pakuan (Bogor) yang pada saat itu menjadi pusat pemerintahan atau ibu kota Kerajaan Pajajaran.  Kelak Pamanah Rasa diangkat menjadi raja dan bergelar Prabu Siliwangi. Meski menetap di Bogor, namun Nyi Subang Larang selalu menyempatkan diri untuk melongok pesantrennya yang berada di daerah Teluk Agung. 


Pada tahun 1441, Nyi Subang Larang meninggal dunia. Jasadnya kemudian dibawa oleh para abdi dalem kerajaan untuk dimakamkan di Muara Jati. 


Makam Nyai Subang Larang | foto: kotasubang.com

Situs Subang Larang

Makam Nyai Subang Larang| foto: menarahati.wordpress.com

 
Makam Ibu Andarwati (Ibu Nay Subang Larang) | foto: love-subang.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar