Peninggalan kerajaan Mataram Kuno – Selamat datang di portal
hidupsimpel, belajar tanpa ribet dan simpel. Ya, kali ini kita akan
membahas tentang peninggalan kerajaan Mataram Kuno beserta sejarahnya.
Tak nanggung-nanggung, di sini kita akan membahas 21 peninggalan
kerajaan Mataram Kuno.
Baiklah, tanpa basa basi berikut ini adalah informasinya tentang peninggalan kerajaan mataram kuno
Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan hindu budha di Indonesia
yang didirikan tepatnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain
disebut sebagai kerajaan Mataram kuno, orang-orang menyebutnya kerajaan
medang. Selama berdirinya kerajaan ini, ada 3 dinasti yang memegang
kekuasaanya yaitu dinasti Sanjaya, Syailendra, dan Isana.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra adalah dinasti yang paling
banyak menyumbangkan berbagai peninggalan kerajaan Mataram Kuno seperti
prasasti dan candi. Kita akan membagi peninggalan kerajaan mataram kuno
tersebut menjadi 2, yaitu candi dan prasasti, berikut penjelasannya
Candi Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
1. Candi Sewu
Candi sewu sendiri merupakan candi terbesar kedua di Jawa tengah
setelah candi Borobudur yang bercorak budha yang mana kerajaan Mataram
kuno membangunnya sekitar di abad 8 Masehi. Lokasinya berada di desa
Bugisan, kecamatan Prambanan, kabupaten klaten, Jawa tengah.
Ternyata candi ini letaknya sangat dekat dengan candi Prambanan yang jarak kedua candi tersebut hanya sekitar 800 Meter.
Selain itu candi Sewu lebih tua dari dua candi yang ada di jawa
tengah (Candi Borobudur dan candi Prambanan). Hal yang unik dari candi
Sewu adalah, namanya tidak sesuai dengan jumlah candi sebenarnya, yang
manaJumlah asli candinya hanya sekitar 249 saja.
Bayangkan namanya sewu kalau diartikan ke bahasa Indonesia adalah
seribu. Usut punya usut ternyata candi ini berasal dari cerita legenda
Roro Jonggrang.
2. Candi Arjuna
Berbeda dengan candi Sewu yang bercorak budha, candi Arjuna sendiri
adalah candi yang bercorak Hindu. Candi Arjuna dibangun pada abad 9
Masehi dan Letaknya candi ini berada di Dataran tinggi Dieng, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia.
Selain candi Arjuna di daerah tersebut juga ada candi lainnya seperti
Candi semar, Srikandi, Puntadewa, dan candi Sembadra. Kalau dilihat
dari namanya tersebut berarti masyarakat menamakannya dengan nama tokoh
yang ada di pewayangan.
Candi bima ini juga terletak di daerah Dataran Tinggi Dieng tepatnya
di Banjarnegara, Jawa Tengah. Dibangun pada abad sekitar 7 sampai abad
ke 13 Masehi. Candi ini bercorak Hindu, makanya desainnya pada umumnya
terdapat kesamaan dengan candi yang ada di negara India.
Karakteristik dari candi Bima adalah atapnya hampir sama dengan
shikara dan bermodelkan mangkok yang di telungkupkan. dan di di bagian
atas terdapat arca Kudu.
Pada zaman dahulu candi ini digunakan untuk upacara Pradaksina.
4. Candi Borobudur
Inilah candi Terbesar dan terkenal di dunia yang termasuk dari 7
keajaiban dunia versi UNESCO. Candi ini adalah candi yang bercorak budha
yang letaknya ada di kota Magelang, Jawa tengah.
Pembuatannya sendiri dilakukan di masa dinasti Syailendra oleh pemeluk Budha sekitar tahun 800-an atau abad 8 Masehi.
Asal mula Borobudur sendiri baru dinamai ketika Sir Thomas Raflles
menyebutnya di salah satu karya bukunya yang berjudul “Sejarah Pulau
Jawa”. Dalam bukunya tersebut Sir Thomas Raffles menamai Borobudur
karena mengacu pada tempat lokasi terdekat dengannya, yaitu desa Bore
dan Budur dari kata Bhudhara yang berarti gunung.
Candi Borobudur letaknya juga berdekatan dengan candi terkenal lainnya yaitu candi Mendut dan Candi Pawon.
5. Candi Mendut
Selain candi Borobudur, Candi mendut juga termasuk candi yang
bercorak Budha. Letaknya sama dengan candi Borobudur yaitu daerah
Magelang, Jawa Tengah. Candi Mendut tersebut dibuat pada tahun 800-an
Masehi ketika dinasti Syailendra berkuasa tepatnya dibawah kekuasaannya
Raja Indra.
Di sekitar dindingnya terdapat banyak sekali jenis relief diantaranya adalah Brahmana, Hewan Angsa dan Kura-kura, Dharmabuddhi dan Dustabuddhi, dan 2 burung betet.
6. Candi Pawon
Candi lainnya yang juga letaknya berdekatan dengan candi Borobudur
dan Candi Mendut adalah candi Pawon. Sayangnya sejarah akan candi Pawon
ini masih simpang siur dan tidak jelas. Menurut beberapa para peneliti
kata Pawon sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti dapur atau juga
bisa tempat perabuan.
Selain itu juga di dalamnya candi tersebut tidak ada arca, kemungkinan bertambah sulit lagi untuk menelitinya.
7. Candi Puntadewa
Candi ini satu daerah dengan candi Arjuna dan candi lainnya yang
dinamakan di pewayangan. Pada zaman dahulu candi ini digunakan untuk
tempat pemujaan dewa Siwa, tak salah jika coraknya berasal dari India.
Dalam
sejarahnya candi ini juga tidak jelas asal-usulnya, namun berdasarkan
penelitian candi ini sudah berusia lebih dari 1000 tahun. Sebenarnya
candi ini tidak terlalu besar amat, hanya saja dia lebih menjulang ke
atas.
8. Candi Semar
Candi ini juga berada dalam satu kawasan dengan candi nama pewayangan
lainnya seperti candi Arjuna tepatnya di Dataran Tinggi Dieng. Candi
ini termasuk juga candi Hindu Syiwa yang dibuat oleh kerajaan Mataram
kuno. Menariknya adalah candi ini berhadapan langsung dengan candi
Arjuna.
Keunikan lainnya adalah candi ini yang paling pendek dan kecil,
ukuran candinya saja 3,5 m dan 7 m dengan atap yang berbentuk limas.
Kegunaan dari candi ini adalah sebagai tempat penyimpanan peralatan
senjata dan pemujaan.
Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
1. Prasasti Sojomerto
Prasasti ini merupakan peninggalan dari dinasti Syailendra yang
berada di kota Batang, Jawa Tengah. Di prasasti sojomerto sendiri
terdapat tulisan yang menggunakan bahasa Melayu kuno dengan aksara
bahasa Kawi.
Prasasti ini berdasarkan penelitian dibuat pada akhir abad 7 atau awal dari abad ke 8.
Prasasti Sojomerto dibuat pada saat kerajaan Mataram kuno masih
beragama Hindu Siwa. Di dalam prasasti tersebut terdapat nama-nama
keluarga dari raja-raja dinasti Syailendra terkhusus raja Dapunta
Selendra yang memiliki ayah dan ibu bernama Santanu dan Sampula.
2. Prasasti Kalasan
Prasasti kalasan merupakan prasasti peninggalan dari dinasti Sanjaya
Kerajaan Mataram Kuno yang dibuat pada tahun 778 Masehi. Prasasti ini
terdapat di daerah Sleman Jogjakarta. di Prasasti tersebut isinya
menggunakan bahasa Sanskerta dengan aksara Pranagari (huruf yang berasal
dari India Utara)
Di dalam prasasti Kalasan berisi tentang keberhasilan Guru Sang Raja
dalam merayu Kariyana Panangkara atas permintaan keluarga dinasti
Syailendra supaya bersedia mendirikan bangunan suci untuk Dewi Tara.
Selain itu isinya juga terdapat tentang pemberian hadiah desa Kalasan
sebagai tempat biara bagi para biarawan sebagai tempat suci bagi mereka
(Candi Kalasan).
3. Prasasti Kelurak
Prasasti ini dibuat pada tahun 782 Masehi dan terdapat di daerah
dekat Candi Lumbung, Prambanan, Jawa Tengah. Prasasti tersebut isinya
ditulid dengan menggunakan Bahasa Sanksekerta dengan aksara Pranagari.
Di dalam prasasti itu terdapat informasi tentang dibuatkannya candi
Sewu atas perintah raja Indra yang mana raja Indra adalah raja yang
berkuasa pada saat itu.
Merupakan prasasti yang ditemukan di daerah Baka, yang mana isinya
adalah peperangan saudara antara Balaputra Dewa dengan Rakai Pikatan
yang mana Balaputra Dewa kalah dalam peperangan tersebut. Berdasarkan
penelitian, prasasti ini dibuat pada tahun 856 Masehi
5. Prasasti Nalanda
Prasasti milik Kerajaan Mataram kuno yang mana berisi tentang
Balaputra Dewa dan asal-usulnya yang mana dia adalah cucu Raja Indra dan
merupakan putra dari Raja Samarottungga. Berdasarkan penelitian,
prasasti ini dibuat pada tahun 860 Masehi
6.Prasasti Canggal
Prasasti Canggal adalah prasasti peninggalan dari dinasti Terakhir
mataram yaitu Sanjaya yang berisi tentang pembuatan lingga di desa
Kunjarakunja. prasasti ini dibuat pada tahun 732 Masehi ini tulisannya
menggunakan bahasa Sanskerta dan menggunakan huruf Pallawa.
7. Prasasti Mantyasih
Prasasti ini berasal dari dinasti Sanjaya yang didapatkan di daerah
Matesh, Magelang utara, Jawa Tengah. Prasasti ini digunakan sebagai
bukti sah raja Balitung sebagai Raja.
Selain itu isi dari prasasti ini adalah penetapan bebas pajak bagi
daerah-daerah tertentu. Dan terakhir dijelaskan tentang adanya
keberadaan gunung Sumbing dan Sindoro.
8. Prasasti Wanua Tengah III
Prasasti yang terakhir dari peninggalan kerajaan Mataram Kuno adalah
prasasti Wanua Tengah. Prasasti ini dibuat pada tahun 908 Masehi
tepatnya di daerah Gandulan, Kaloran. Dalam isi prasasti kerajaan
mataram kuno tersebut disebutkan semua nama-nama raja raja mataram kuno
sehingga keberadaannya sangat penting bagi penelitian selanjutnya.
Nama Raja raja kerajaan Mataram Kuno
Berikut adalah daftar lengkap nama raja raja Mataram kuno yang pernah berkuasa
Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram kuno.
Rakai Panangkaran.
Rakai Panunggalan.
Rakai Warak.
Rakai Garung.
Rakai Pikatan.
Rakai Kayuwangi.
Rakai Watuhumalang.
Rakai Watukura Dyah Balitung.
Mpu Daksa.
Rakai Layang Dyah Tulodong.
Rakai Sumba Dyah Wawa.
Mpu Sindok.
Sri Lokapala.
Makuthawangsawardhana.
Dharmawangsa Teguh
Demikianlah beberapa informasi tentang peninggalan kerajaan Mataram
kuno di Indonesia, beserta sejarah kerajaan mataram kuno, isi prasasti
kerajaan mataram kuno dan nama raja raja kerajaan mataram kuno semoga
bisa membantu, terima kasih.
Tahukah
anda tentang Kerajaan Mataram Kuno ??? Jika anda belum mengetahuinya
anda tepat sekali mengunjungi gurupendidikan.com. Karena pada kesempatan
kali ini akan membahas tentang sejarah Kerajaan Mataram Kuno, raja-raja
Kerajaan Mataram Kuno, peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, dan kehidupan
politik Kerajaan Mataram Kuno secara lengkap. Oleh karena itu marilah
simak ulasan yang ada dibawah berikut ini.
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan
Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut
Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung,
seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung
Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga
dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo,
Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat
subur.
Kerajaan Mataram Kuno atau
juga yang sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang
bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah
menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra
dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran
Syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah,
Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu
Sindok.
Raja
pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan
pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya
digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha
beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat
itu baik agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram
Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara,
dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah
bagian selatan.
Wangsa Sanjaya
kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja Samaratungga,
Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu.
Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai
kembali Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan
seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan
saudara Pramodawardhani. Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan
Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja disana.
Wangsa
Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya
Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan. Terdapat teori yang
mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat
Kerajaan Mataram Hancur. Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba
Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di
Jawa Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.
Pusat
Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di
daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa
pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada
masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di
sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke
daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah
Jawa Timur sekarang.
Letak dan Wilayah Dimanakah letak kerajaan mataram kuno?
Kerajaan
Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut
Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung,
seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung
Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga
dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo,
Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat
subur.
Silsilah Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno
Daftar raja-raja Medang menutur teori Slamet Muljana adalah sebagai berikut:
Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
Makuthawangsawardhana
Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)
Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja sesudahnya memakai gelar Sri Maharaja.
Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Terdapat
dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaiut
berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui samapi
sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan
beberapa prasasti, diantaranya:
Prasasti
Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal
berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan
bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga
(lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu
juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang
digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
Prasasti
Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M,
ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta.
Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara
untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra
dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat
Budha).
Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa
Tengah berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari
prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang
mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai
Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai
Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
Prasasti
Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra
Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Selain
Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi
yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang
antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu,
Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan,
Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja
yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Dari hasil budaya dan peninggalanya kerajaan ini meningalkan berbagai prasasti dan hasil budaya yang sampai sekarang masih ada :
Prasasti-Prasasti Kerajaan Mataram Kuno
Sebagai
salahsatu kerajaan terbesar di Indonesia, mataram banyak sekali
meninggalkan benda-benda bersejarah, termasuk juga prasasti. Dan berikut
diantaranya:
Prasasti Canggal
Prasasti
Canggal (juga disebut Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya)
adalah prasasti berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang ditemukan
di halaman Candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, kecamatan Salam,
Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dan
bahasa Sanskerta. Prasasti ini dipandang sebagai pernyataan diri Raja
Sanjaya pada tahun 732 sebagai seorang penguasa universal dari
Kerajaan Mataram Kuno.
Prasasti Kelurak
Prasasti
Kelurak berangka tahun 782 M dan ditemukan di dekat Candi Lumbung, Desa
Kelurak, di sebelah utara Kompleks Percandian Prambanan, Jawa Tengah.
Keadaan prasasti Kelurak sudah sangat aus, sehingga isi keseluruhannya
kurang diketahui. Secara garis besar, isinya tentang didirikannya sebuah
bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah Raja Indra yang
bergelar Sri Sanggramadhananjaya. Menurut para ahli, yang dimaksud
dengan bangunan tersebut adalah Candi Sewu, yang terletak di Kompleks
Percandian Prambanan.
Prasasti Mantyasih
Prasasti
ini ditemukan di kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah dan
memuat daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung. Prasasti
ini dibuat sebagai upaya melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta
yang sah, sehingga menyebutkan raja-raja sebelumnya yang berdaulat penuh
atas wilayah kerajaan Mataram Kuno. Dalam prasasti ini juga disebutkan
bahwa desa Mantyasih yang ditetapkan Balitung sebagai desa perdikan
(daerah bebas pajak). Di kampung Meteseh saat ini masih terdapat sebuah
lumpang batu, yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan sima atau
desa perdikan.
Selain itu disebutkan
pula tentang keberadaan Gunung Susundara dan Wukir Sumbing (sekarang
Gunung Sindoro dan Sumbing). Kata “Mantyasih” sendiri dapat diartikan
“beriman dalam cinta kasih”.
Prasasti Sojomerto
Prasasti
Sojomerto merupakan peninggalan Wangsa Sailendra yang ditemukan di Desa
Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini
beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna. Prasasti ini tidak
menyebutkan angka tahun, berdasarkan taksiran analisis paleografi
diperkirakan berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8
masehi. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta
Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati,
sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat
bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja
keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Prasasti Tri Tepusan
Prasasti
Tri Tepusan menyebutkan bahwa Sri Kahulunnan pada tahun 842 M
menganugerahkan tanahnya di desa Tri Tepusan untuk pembuatan dan
pemeliharaan tempat suci Kamulan I Bhumisambhara (kemungkinan besar nama
dari candi Borobudur sekarang). Duplikat dari prasasti ini tersimpan di
dalam museum candi Borobudur.
Prasasti Wanua Tengah III
Prasasti
ini ditemukan November 1983. Prasasti ini di sebuah ladang di Dukuh
Kedunglo, Desa Gandulan, Kaloran, sekitar 4 km arah timur laut Kota
Temanggung. Di dalam prasasti ini dicantumkan daftar lengkap dari
raja-raja yang memerintah bumi Mataram pada masa sebelum pemerintahan
raja Rake Watukara Dyah Balitung. Prasasti ini dianggap penting karena
menyebutkan 12 nama raja Mataram, sehingga melengkapi penyebutan dalam
Prasasti Mantyasih (atau nama lainnya Prasasti Tembaga Kedu) yang hanya
menyebut 9 nama raja saja.
Prasasti Rukam
Prasasti
ini berangka tahun 829 Saka atau 907 Masehi, ditemukan pada 1975 di
desa Petarongan, kecamatan Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti
ini terdiri atas dua lempeng tembaga yang berbentuk persegi panjang.
Lempeng pertama berisi 28 baris dan lempeng kedua berisi 23 baris.
Aksara dan bahasa yang digunakan adalah Jawa Kuna.
Isi
prasasti adalah mengenai peresmian desa Rukam oleh Nini Haji Rakryan
Sanjiwana karena desa tersebut telah dilanda bencana letusan gunung api.
Kemudian penduduk desa Rukam diberi kewajiban untuk memelihara bangunan
suci yang ada di Limwung. Mungkin bangunan suci tersebut adalah Candi
Sajiwan, sebagaimana kata Sanjiwana tadi. Candi Sajiwan yang sering
dilafalkan Sojiwan terletak tidak jauh dari Candi Prambanan.
Prasasti Plumpungan
Prasasti
ini ditemukan di Dukuh Plumpungan dan berangka tahun 750 Masehi.
Prasasti ini dipercaya sebagai asal mula kota Salatiga. Menurut
sejarahnya, di dalam Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu
suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra.
Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan
peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah
Hampra.
Penetapan prasasti merupakan
titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah
perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini
masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra
yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman
pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini.
Prasasti Siwargrha
Dalam
prasasti ini tertulis chandrasengkala ”Wwalung gunung sang wiku” yang
bermakna angka tahun 778 Saka (856 Masehi). Prasasti ini dikeluarkan
oleh Dyah Lokapala (Rakai Kayuwangi) segera setelah berakhirnya
pemerintahan Rakai Pikatan. Prasasti ini menyebutkan deskripsi kelompok
candi agung yang
dipersembahkan untuk
dewa Siwa disebut Shivagrha (Sanskerta: rumah Siwa) yang cirinya sangat
cocok dengan kelompok candi Prambanan.
Prasasti Gondosuli
Prasasti
ini ditemukan di reruntuhan Candi Gondosuli, di Desa Gondosuli,
Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah. Yang mengeluarkan adalah anak
raja (pangeran) bernama Rakai Rakarayan Patapan Pu Palar, yang juga adik
ipar raja Mataram, Rakai Garung.
Prasasti
Gandasuli terdiri dari dua keping, disebut Gandasuli I (Dang pu Hwang
Glis) dan Gandasuli II (Sanghyang Wintang). Ia ditulis menggunakan
bahasa Melayu Kuna dengan aksara Kawi(Jawa Kuna), berangka tahun 792M.
Teks prasasti Gandasuli II terdiri dari lima baris dan berisi tentang
filsafat dan ungkapan kemerdekaan serta kejayaan Syailendra.
Prasasti Kayumwungan/Karang Tengah
Prasasti
Kayumwungan adalah sebuah prasasti pada lima buah penggalan batu yang
ditemukan di Dusun Karangtengah, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah,
sehingga lebih dikenal juga dengan nama prasasti Karangtengah. Isi
tulisan pada bagian berbahasa Sanskerta adalah tentang seorang raja
bernama
Samaratungga. Anaknya bernama Pramodawardhani mendirikan bangunan suci
Jinalaya serta bangunan bernama Wenuwana (Sansekerta: Venuvana, yang
berarti “hutan bambu”) untuk menempatkan abu jenazah ‘raja mega’,
sebutan untuk Dewa Indra. Mungkin yang dimaksud adalah raja Indra
atauDharanindra dari keluarga Sailendra.
Prasasti Sankhara
Prasasti
Raja Sankhara adalah prasasti yang berasal dari abad ke-8 masehi yang
ditemukan di Sragen, Jawa Tengah. Prasasti ini kini hilang tidak
diketahui di mana keberadaannya. Prasasti ini pernah disimpan oleh
museum pribadi, Museum Adam Malik, namun diduga ketika museum ini
ditutup
dan bangkrut pada tahun 2005 atau 2006, koleksi-koleksi museum ini
dijual begitu saja. Dalam prasasti itu disebutkan seorang tokoh bernama
Raja Sankhara berpindah agama karena agama Siwa yang dianut adalah agama
yang ditakuti banyak orang. Raja Sankhara pindah agama ke Buddha karena
di situ disebutkan sebagai agama yang welas asih. Sebelumnya disebutkan
ayah Raja Sankhara, wafat karena sakit selama 8 hari.
Karena
itulah Sankhara karena takut akan ‘Sang Guru’ yang tidak benar,
kemudian meninggalkan agama Siwa, menjadi pemeluk agama Buddha Mahayana,
dan memindahkan pusat kerajaannya ke arah timur. Di dalam buku Sejarah
Nasional Indonesia disebutkan bahwa raja Sankhara disamakan dengan Rakai
Panangkaran, sedangkan ayah Raja Sankhara yang dalam prasasti ini tidak
disebutkan namanya, disamakan dengan raja Sanjaya.
Prasasti Ngadoman
Prasasti
Ngadoman ditemukan di desa Ngadoman, dekat Salatiga, Jawa Tengah.
Prasasti ini penting karena kemungkinan besar merupakan perantara antara
aksara Kawi dengan aksara Buda.
Prasasti Kalasan
Prasasti
Kalasan adalah prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya dari Kerajaan
Mataram Kuno yang berangka tahun 700 Saka atau 778M. Prasasti yang
ditemukan di kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta, ini ditulis dalam
huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sanskerta.
Prasasti
ini menyebutkan, bahwa Guru Sang Raja berhasil membujuk Maharaja
Tejahpura Panangkarana (Kariyana Panangkara) yang merupakan mustika
keluarga Sailendra (Sailendra Wamsatilaka) atas permintaan keluarga
Syailendra, untuk membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah
biara bagi para pendeta, serta penghadiahan desa Kalasan untuk para
sanggha (umat Buddha). Bangunan suci yang dimaksud adalah Candi Kalasan.
Kehidupan pada Masa Kerajaan Mataram Kuno
Dinasti Sanjaya
Kehidupan Politik
Berdasarkan
prasasti Metyasih, Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa Sanjaya ke-9)
telah memberikan hadiah tanah kepada 5 orang patihnya yang berjasa
besar kepada Mataram. Dalam prasasti Metyasih juga disebutkan raja- raja
yang memerintah pada masa Dinasti Sanjaya. Raja-raja itu adalah
Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Masa
Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di Gunung
Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira pertengahan
abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.
Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai
Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan potensi
wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai
Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang
didalamnya tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan
sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.
Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai
Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus waktu.
Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai
Panggalan yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan.
Perwujudan dari visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru
tersebut adalah
Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
Guru Swadaya, Tuhan
Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan bersama
Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang dengan pesat.
Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Garung
memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam
rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung bekerja
siang hingga malam.
Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti
Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai
Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang
wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan
kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul
mundur dan melarikan diri ke Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah
dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.
Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri
Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan
pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah Tri Parama Arta
Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
Masa
pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya. Sang
Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan
masyarakatnya.
Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.
Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai
Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat menggantikan
kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut termuat dalam
Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun 809 M. Pada masa pemerintahannya,
Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana.
Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat terkenal dalam kancah politik internasional.
Kehidupan Sosial
Kehidupan
sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti. Namun, melalui
bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa
kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Syailendra sudah teratur. Hal ini
dilihat melalui cara pembuatan candi yang menggunakan tenaga rakyat
secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan candi ini menunjukkan
betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya. Dengan adanya dua agama
yang berjalan, sikap toleransi antar pemeluk agama di masyarakat sangat
baik.
Kehidupan Ekonomi
Mata
pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan pengrajin.
Dinasti Syailendra telah menetapkan pajak bagi masyarakat Mataram. Hal
ini terbukti dari prasasti Karang tengah yang menyebutkan bahwa Rakryan
Patatpa Pu Palar mendirikan bangunan suci dan memberikan tanah perdikan
sebagai simbol masyarakat yang patuh membayar pajak.
Kehidupan Agama
Berdasarkan
prasasti Canggal yang menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang
Siwa), dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Mataram Kuno Wangsa
Sanjaya memiliki kepercayaan agama Hindu beraliran Siwa.
Dinasti Syailendra
Kehidupan Politik
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah Dinasti Syailendra, di antaranya:
Bhanu ( 752- 775 M )
Raja banu merupakan raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra.
Wisnu ( 775- 782 M)
Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di banugun tempatnya 778.
Indra ( 782 -812 M )
Pada
masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Prasasti Klurak yang berangka
tahun 782 M, di daerah Prambanan. Dinasti Syailendra menjalankan politik
ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indra. Perluasan wilayah ini
ditujukan untuk menguasai daerah-daerah di sekitar Selat Malaka.
Selanjutnya, yang memperkokoh pengaruh kekuasaan Syailendra terhadap
Sriwijaya adalah karena Raja Indra menjalankan perkawinan politik. Raja
Indra mengawinkan putranya yang bernama Samarottungga dengan putri Raja
Sriwijaya.
Samaratungga ( 812 – 833 M )
Pengganti
Raja Indra bernama Samarottungga. Raja Samaratungga berperan menjadi
pengatur segala dimensi kehidupan rakyatnya. Sebagai raja Mataram Budha,
Samaratungga sangat menghayati nilai agama dan budaya. Pada zaman
kekuasaannya dibangun Candi Borobudur. Namun sebelum pembangunan Candi
Borobudur selesai, Raja Samarottungga meninggal dan digantikan oleh
putranya yang bernama Balaputra Dewa yang merupakan anak dari selir.
Pramodhawardhani ( 883 – 856 M )
Pramodhawardhani
adalah putri Samaratungga yang dikenal cerdas dan cantik. Beliau
bergelar Sri Kaluhunan, yang artinya seorang sekar keratin yang menjadi
tumpuan harapan bagi rakyat. Pramodhawardhani kelak menjdi permaisuri
raja Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya.
Balaputera Dewa ( 883 – 850 M )
Balaputera
Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibunya yang bernama Dewi
Tara, Puteri raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi perebutan
tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang menjadi suami Pramodhawardhani.
Belaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta tersebut karena beliau
merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan tidak setuju terhadap
tahta yang diberikan Rakai Pikatan yang keturunan Sanjaya. Dalam
peperangan saudara tersebut Balaputera Dewa mengalami kekalahan dan
melatrikan diri ke Palembang.
Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan
Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja
Balitung (898-910 M). Di masa kekuasaannya, daerah-daerah di sebelah
timur Mataram berhasil ditaklukkannya. Oleh karena itu, daerah kekuasaan
Mataram semakin luas, yang meliputi Bagelen (Jawa Tengah) sampai Malang
(Jawa Timur).
Penyebab kejayaan kerajaan Mataram Kuno:
Naik tahtanya Sanjaya yang sangat ahli dalam peperangan
Pembangunan
sebuah waduk Hujung Galuh di Waringin Sapta (Waringin Pitu) guna
mengatur aliran Sungai Berangas, sehingga banyak kapal dagang dari
Benggala, Sri Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lain-lain datang ke
pelabuhan itu.
Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari oleh:
Adanya sungai-sungai besar, antara lain Sungai Brantas dan Bengawan Solo yang sangat memudahkan bagi lalu lintas perdagangan.
Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan penanaman padi secara besar-besaran.
Lokasi
Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama waktu itu,
yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.
Masa Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno
Runtuhnya
kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, disebabkan
oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar
tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga
candi-candi tersebut menjadi rusak. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram
disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga,
runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan
pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang
terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis.
Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur
yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber
penghasil komoditi perdagangan.
Mpu
Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di
Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di
sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan . Mpu Sindok yang
membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan
Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di
Jawa Tengah. Mpu Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan948 M.
Sumber
sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara
lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus,
prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti
Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi
penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu
Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.
Kerajaan
mataram kuno merupakan kerajaan yang berdiri pada tahun 732
masehi.Kerajaan ini berdiri di desa Canggal (sebelah barat Magelang).
Pada saat itu didirikansebuah Lingga (lambang siwa) diatas sebuah bukit
di daerah Kunjarakunja yangdidirikan oleh Raja Sanjaya. Adapun raja-raja
yang sempat memerintah kerajaan Mataram Kuno antara lain:
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
4. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898 M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M)
Ada beberapa aspek kehidupan yang mengalami perkembangan dalam kerajaan Mataram Kuno, antara lain:
1. Aspek Kehidupan Politik
2. Aspek Kehidupan Sosial
3. Aspek Kehidupan Ekonomi
4. Aspek Kehidupan Budaya Hindu-Buddha. Saran
Kita
sebagai generasi muda harus mengetahui tentang sejarah Kerajaan-
Kerajaan di Indonesia. Agar kita lebih menghargai budaya-budaya kita di
Indonesia yang sangat banyak. Menjaga peninggalan-peninggalan pada masa
sebelum reformasi. Agar kedepannya kita masih bisa berbagi dan melihat
peninggalan serta kebudayaan kita nanti.
Baca juga refrensi artikel terkait lainnya disini :
Kerajaan Hindu Budha di Indonesia – tidak
bisa lepas dari agama yang ada di Nusantara sebelum datangnya agama
Islam. Lebih tepatnya lagi percampuran agama Hindu-Budha yang ada di
Indonesia dengan yang ada di India. Sehingga banyak melahirkan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha mulai dari yang kecil hingga
kerajaan paling besar.
Kerajaan-kerajaan ini tersebar di berbagai
wilayah Nusantara yang belum menjadi Negara Indonesia. Namun
keberadaanya kini hanya tinggal sisa-sisa reruntuhannya saja.
Pada
kali ini saya akan berbagi tentang kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu-Budha yang pernah berdiri di Indonesia. Semoga dapat menambah
pengetahuan kalian.
Kerajaan
Pajajaran juga sering dikatakan dengan Kerajaan Sunda Galuh. adalah
kerjaan yang bercorak Hindu-Budha yang berdiri sekitar tahun 669 Masehi.
Kerajaan Pajajaran terbentuk karena adanya perpecahan dari Kerajaan
Tarumanegara. Kerajaan ini juga berdiri atas penyatuan 2 kerajaan besar
di tanah Sunda yaitu, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Kerajaan
Sunda mempunyai ibukota di kota Bogor, sedangkan untuk ibukota Kerajaan
Galuh berada di Ciamis, Kedua kerajaan ini sering disatukan menjadi
Kerajaan Sunda Galuh, yang lebih dikenal dengan Kerajaan Pajajaran,
walapun pada sejarahnya tidak bisa bersatu secara resmi.
Kerajaan
Kalingga didirikan pada tahun 594 Masehi yang terletak di Jawa Tengah.
Kerajaan Kalingga adalah kerajaan pertama yang bercorak Budha di kawasan
utara Pulau Jawa. Pemrintahan kerajaan ini berpusat di sekitar
Pekalongan dan Jepara, lalu kemudian pindah ke Magelang dan Yogyakarta.
Kerajaan
Kalingga juga sering dikenal dengan Kerajaan Holing. Kerajaan ini
sempat tercpecah menjadi dua yaitu Keling dan Medang. Kerajaan Kalingga
mengalami keruntuhan pada tahun 782 Masehi dan diteruskan oleh Rakai
Mataram dan Rakai Panangkaran di Medang.
Nama-Nama Raja Kerajaan Kalingga
Prabhu Wasumurti.
Prabhu Wasukawi.
Prabhu Kartikeyasingha.
Prabhu Wasugeni.
Ratu Shima.
Dewi Parwati.
Prabhu Kirathasingha.
Sanjaya.
Dewi Sannaha.
Prabhu Wasudewa.
Rakai Panangkaran.
3. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan
Sriwijaya adalah salah satu kerajaan bercorak Budha pertama di
Indonesia, kerajaan ini berdiri sekitar pada abad ke-6 Masehi yang
terletak di Palembang, Sumatera Selatan. Kerajaan Sriwijaya sempat
menjadi kerajaan besar yang berjaya dan menguasai Nusantara.
Kerajaan
Sriwijaya banyak memberi pengaruh pada Nusantara dengan daerah
kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kerajaan
Sriwijaya menjadi kerajaan bahari yang memanfaatkan perdagangan maritim
lewat jalur perairan.
Kerajaan Sriwijaya mengalami masa
keruntuhannya sekitar tahun 1100-an Masehi, disebabkan oleh beberapa
peperangan, salah satunya serangan Rajendra Chola I dari Koromandel pada
tahun 1025, hingga kemudian pada tahun 1183 kekuasaan kerajaan ini
berada dibawah kendali Kerajaan Dharmasarya. Hingga sekarang banyak
peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan.
Nama-Nama Raja Kerajaan Sriwijaya
Dapunta Hyang (Sri Jayanasa).
Sri Maharaja.
Rudra Wikrama.
Samaratungga (Rakai Garung).
Samaragrawira (Rakai Warak).
Sri Indrawarman.
Dharanindra (Rakai Panangkaran).
Sri Mara-Vijayottunggawarman.
Sri Cudamani Warmadewa.
Balaputradewa.
Haji Sumatrabhumi.
Sri Udayaditya Warmadewa.
Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa.
Sangrama-Vijayottunggawarman.
4. Kerajaan Kahuripan
Kerajaan
Kahuripan merupakan kerajaan bercorak Hindu yang berdiri sekitar abad
ke-7 Masehi. Kerajaan Kahuripan terletak di Desa Dinoyo Malang, Jawa
Timur. Juga menjadi kerajaan tertua. Berdasarkan prasasti kerajaan ini
raja pertamanya adalah Gajayana.
Peninggalan kerajaan ini salah satunya adalah Prasati Dinoyo yang ditulis dengan menggunakan bahasa Sansekerta
dan menggunakan aksara Jawa Kuno. Jika ingin melihat artefak
peninggalan kerajaan ini kalian bisa datang ke Malang untuk melihat
Candi Wurung dan Candi Badut.
5. Kerajaan Wijayapura
Kerajaan
Wijayapura merupakan salah satu kerajaan yang berada di Pulau
Kalimantan, lebih tepatnya di kawasan Kalimantan Barat. Kerajaan
Wijayapura diperkirakan berdiri sekitar abad ke-7 hingga 8 Masehi.
Kerajaan
ini juga disebutkan termasuk salah satu kerajaan bercorak Hindu-Budha.
Sejarah juga menyebutkan bahwa Kerajaan Wijayapura yang berdiri sekitar
abad ke-7 berada pada kawasan muara sungai Rejang di Kalimantan Barat,
kerajaan ini juga dikenal sebagai Kerajaan Samabas Kuno.
Pendapat
ini di dasakan keberadaan Kerajaan Wijayapura yang memilki peninggalan
benda arkeologis kuno yang terdiri dari patung, gerabah, dan masih
banyak lainnya. Menurut para ahli yang melakukan penelitian, benda ini
telah ada pada abad ke-6 dan ke-7 Masehi.
6. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan
Tarumanegara merupakan kerajaan yang bercorak Hindu yang ada sekitar
abad ke-5 Masehi, berada di daerah Jawa Barat. Pada saat kejayaannya,
wilayah kekuasaanya sudah membentang Jawa Barat, Cirebon, hingga
Jakarta.
Raja pertama dan sekaligus pendirinya bernama
Purnawarman. Purnawarman digambarkan dalam beberapa sumber sejarah
adalah seorang raja yang baik hati dan merakyat, dia selalu perhatian
terhadap kemakmuran rakyatnya dan sering memberikan hadiah berupa lembu.
Kerajaan Tarumannegara mengalami keruntuhan sekitar abad ke-7 setelah mengalami serangan dari Kerajaan Sriwijaya.
7. Kerajaan Kediri
Kerajaan
Kediri merupakan kerajaan yang mempunyai corak Budha, juga merupakan
pecahan dari Kerajaan Airlangga yang terletak di kota Daha (Kediri), Jawa Timur. Kerajaan Kediri berdiri sekitar tahun 1042.
Berdasarkan dari prasasti Mahasubya, kitab Negarakertagama, dan kitab Calon Arang disebutkan bahwa terjadinya peperangan saudara setelah raja utama yaitu Airlangga meninggal.
Kemudian
kedua putranya yaitu, Mapanji Garasakan dan Janggala masing-masing
mendapatkan wilayah. Namun, Raja Mapanji Garasakanlah yang akhirnya
mendirikan Kerajaan Kediri. Istilah kata Kediri beasal dari bahasa
Sansekerta yaitu Khadiri yang mempunyai arti pohon mengkudu.
Nama-Nama Raja Kerajaan Kediri
Raja jayabaya.
Raja Kameswara.
Raja Sarweswara.
Raja Kertajaya.
8. Kerajaan Majapahit
Kerajaan
Majapahit merupakan kerajaan terbesar di Indonesia yang berpusat di
kawasan Jawa Timur. Kerajaan Majapahit berdiri sekitar tahun 1293 Masehi
dan mengalami keruntuhan pada tahun 1500 Masehi. Wilayah kekuasaanya
sangat luas, karena wilayah Indonesia sekarang masih kalah dengan luas
wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Wilayah yang pernah
ditaklukanya diantaranya adalah terbentang di Jawa, Sumatera,
Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingaa sampai Indonesia Timur. Kerajaan
Majapahit termasuk kerajaan yang bercorak Hindu-Budha.
Kerajaan
Singosari juga merupakan kerajaan yang mempunyai corak Hindu yang
terletak di daerah Jawa Timur, lebih tepatnya adalah Malang. Kerajaan
Singosari di dirikan oleh raja yang terkenal bernama Ken Arok sekitar abad ke-10 atau sekitar tahun 1222 Masehi.
Nama-Nama Raja Kerajaan Singosari
Ken Arok.
Tohjaya.
Ranggawuni Wisnuwardhana.
Anusapati.
Kertanegara.
10. Kerajaan Bali
Kerajaan
Bali merupakan kerajaan yang bercorak Hindu yang berada di Pulau Bali,
berdiri sejak tahun 914 Masehi. Terdapat beberapa dinasti yang pernah
memerintah selama berdirinya kerajaan tersebut.
Nama-Nama Raja Kerajaan Bali
Sri Kesari Warmadewi.
Jayasingha Warmadewa.
Ratu Sri Ugrasena.
Sri Wijaya Mahadewi.
Tabanendra Warmadewa.
Anak Wungsu.
Jaya sakti.
Dharma Udayana Warmadewa.
Bedahulu.
Maraka.
Jayashadu Warmaewa.
11. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan
Mataram Kuno atau sering juga disebut Kerajaan Medang merupakan
kerajaan bercorak Budha yang berdiri pada abad ke-8 Masehi, terletak di
daerah Jawa Tengah. Selama masa berdirinya, kerajaan ini terdapat
beberapa dinasti yang pernah berkuasa yaitu, Dinasti Sanjaya, Dinasti
Syailendra, dan Dinasti Isana.
Kerajaan Mataram Kuno sebenarnya
terbagi menjadi dua yaitu, di kawasan Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Asalnya Kerajaan ini berada di Jawa Tengah, lalu Mpu Sendok memindahkan
ibukota yang semula berada di Jawa Tengah ke Jawa Timur.
“Setelah berpindah ibukota muncul dinasti baru yang bernama Dinasti Isana”.
Kerajaan
Mataram Kuno merupakan kerajaan yang tertutup baik secara politik
maupun ekonomi, sehingga sulit untuk berkembang. Tetapi ada masa
kemajuaannya pada kerajaan ini diantaranya adalah masyarakat perdesan
dibebaskan dari pajak dan hubungan lalu linytas sungai lancar.
Keberadaan
Kerajaan Tulangbawang sebenarnya masih simpang siur dan tidak ada
keterangan dan bukti-bukti yang jelas dari beberapa literatur. Namun
berdasarkan sumber dari China yaitu I-tsing menyatakan
bahwa adanya tentang kerajaan ini sekitar pada abad ke-7 Masehi.
Kerajaan Tulangbawang terletak di daerah Lampung, berdasarkan tulisan
dari prasasti Palas Pasemah.
Nama-Nama Kerajaan Tulangbawang
Dapunta Hyang (Pendiri kerajaan).
Sanggrama Wijayatunggawarman.
Balaputradewa.
13. Kerajaan Melayu
Kerajaan
Melayu merupakan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia dan menjadi kerajaan
tertua di Nusantara, khususnya di kawasan Sumatera. Kerajaan ini
sebelumnya pernah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya, namun akhirnya
merdeka lagi.
Beberapa bukti tentang keberadaan kerajaan ini adalah tercantum dalam kitab Negarakertagama dan Paraton yang isinya tentang jalinan persahabatan santara Kerajaan Singosari dan Kerajaan Melayu,
Nama-Nama Raja Kerajaan Melayu
Adityawarman.
14. Kerajaan Sri Bangun
Kerajaan
Sri Bangun masih belum diketahui tentang awal berdirinya, namun
Kerajaan ini terletak di daerah Bangun, Kalimantan Timur. Kerajaan ini
merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Budha. Kerajaan ini adalah
penerus dari Kerajaan Martadipura.
“Perbedaan dengan Kerjaan Martadipura yang bercorak Hindu”.
Nama-Nama Raja Kerajaan Sri Bangun
Raja Qeva.
15. Kerajaan Dharmasraya
Kerajaan
Dharmasraya adalah kerajaan bercorak Budha yang berdiri sekitar tahun
1183 Masehi, terletak di Sumatera, Indonesia. Lebih tepatnya Kerajaan
ini terletak di hulu Sungai batanghari. Kerajaan ini muncul seiring
dengan melemahnya Kerajaan Sriwijaya karena serangan Rajendra Chola I
dan Koromandel pada tahun 1025 Masehi.
Kerajaan Dharmasraya
mengalami keruntuhan pada tahun 1347 Masehi, setelah dikuasai oleh
Adityawarman, lalu kerajaan ini berubah menjadi Kerajaan Malayapura.
Nama-Nama Raja Kerajaan Dharmasraya
Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa.
Srimat Sri Akarendrawarman.
Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa.
Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa.
16. Kerajaan Kutai
Kerajaan
Kutai merupakan kerajaan yang bercorak Hindu di Indonesia yang berada
di Lembah Sungai Mahakam, lebih tepatnya Kalimantan Barat dan didirikan
pada abad ke-5 Masehi.
Sumber sejarah dari kerajaan Kutai
diketahui setelah ditemukannya sebuah prasasti di daerah Kutai, sebab
ini masyarakat menyebut Kerajaan Kutai berdasarkan daerah tersebut.
Prasasti tersebut berupa yupa,
berjumlah 7 dan merupakan sumber sejarah yang sangat penting karena
memuat sejarah Kerajaan Kutai, khususnya nama-nama raja beserta
silsilahnya.
Jika dilihat dari catatan dari naskah wangsakerta
yang disusun, diperkirakan Kerajaan Salakanegara adalah kerajaan
pertama di Nusantara. Dalam beberapa catatan, kerajaan ini dipercaya
menjadi salah satu leluhur dari Suku Sunda.
Sumber ini dipertegas
dengan adanya wilayah peradaban Salakanegara yang sangat mirip dengan
wilayah peradaban dari orang sudah bertahun-tahun hingga berabad-abad.
18. Kerajaan Janggala
Kerajaan
Janggala merupakan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, juga salah satu
dari dua pecahan kerajaan yang pernah dipimpin oleh Airlangga yang ada
di Wangsa Isana. Kerajaan ini sudah ada sekitar tahun 1042 dan mengalami
keruntuhan sekitar tahun 1130-an. Walau demikian kerajaan ini mempunyai
dampak yang sangat besar.
Kerajaan Janggala terletak di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Mungkin
hanya itu informasi yang dapat saya bagikan tentang kerajaan
Hindu-Budha di Indonesia, semoga dapat menambah wawasan kalian dalam
masalah sejarah Nusantara.